Translate

Sabtu, 25 Mei 2013

Sosiolinguistik bab II


BAHASA SEBAGAI DIALEK

Bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat arbitrer yang dipakai oleh anggota masyarakat untuk saling bergantung, dan mengandung struktur unsur yang bisa dianalisis secara terpisah.
Dialek adalah bahasa sekelompok masyarakat yang tinggal di suatu daerah tertentu. Kedudukan bahasa dan dialek ialah dialek berada dibawah bahasa hal ini seperti yang dikemukakan oleh Aslinda (2007) bahwa dialek merupakan variasi bahasa dari sekelompok individu. Dialek merupakan variasi dari bahasa, kedudukan dialek berada di dalam bahasa itu sendiri.
Bahasa dalam pengertiannya sehari-hari merupakan kebudayaan yang hidup dilingkungan kita, melekat pada diri dan kita terkadang tak mengerti apa sebenarnya bahasa itu sendiri. Bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat arbitrer. kearbitreran bahasa itu kemudian memunculkan ragam-ragam bahasa.
Pertama ragam bahasa baku. Ragam bahasa baku terdiri atas dua macam yaitu RBL (Ragam Baku Lisan), RBT (Ragam Baku Tulis). Ciri dari ragam bahasa baku yaitu jumlah penutur asli lebih sedikit daripada penutur bahasa, ragam bahasa baku merupakan ragam bahasa yang biasa diajarkan kepada orang lain yang bukan peutur asli indonesia, ragam bahasa baku dapat dipahami oleh masyarakat luas, serta dipakai secara konsisten.
Ragam yang berikutnya adalah ragam bahasa nonbaku. Perbedaan ragam baku dan ragam nonbaku ialah, dari segi bunyi (fonologi) ragam baku mempunyi aturan ejaan yang diatur dalam EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) hal-hal yang tidak diatur dalam EYD tentu saja akan mengakibatkan terjadinya kebebasan dan persaingan antara dua bentuk. Perbedaan berikutnya ialah bahwa ragam baku punya ketentuan sendiri tentang pelafalan. Perbedaan dari segi morfologi ialah pemakaian ragam baku lebih konsisten daripada ragam nonbaku.
Berikutnya ialah ragam umum. Ragam umum merupakan bentuk yang umum digunakan di masyarakat awam, walaupun tidak sesuai dengan kaidah (KBBI).
Diaglosia merupakan sejenis pembakuan bahasa ketika ada dua ragam baku yang sama-sama diakui situasinya. Ferguson (dalam Alwasilah, 1990:136) memberikan batasan diglosia yaitu, “Diglosia adalah suatu situasi bahasa yang relatif stabil di mana, selain dari dialek-dialek utama suatu bahasa (yang mungkin mencakup satu bahasa baku atau bahasa-bahasa baku regional), ada ragam bahasa yang sangat berbeda, sangat terkodifikasikan (sering kali secara gramatik lebih kompleks) dan lebih tinggi, sebagai wahana dalam keseluruhan kesusasteraan tertulis yang luas dan dihormati, baik pada kurun waktu terdahulu maupun pada masyarakat ujaran lain, yang banyak dipelajari lewat pendidikan formal dan banyak dipergunakan dalam tujuan-tujuan tertulis dan ujaran resmi, tapi tidak dipakai oleh bagian masyarakat apa pun dalam pembicaraan-pembicaraan biasa”.
Perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam bahasa menghasilkan variasi bahasa yang disebut dengan istilah berlainan, salah satunya ialah dialek. Dialek adalah bahasa sekelompok masyarakat yang tinggal di suatu daerah tertentu. Ciri dialek ialah kesalingmengertian (mutual intelligible), ciri sejarah, dan homogenitas yaitu adanya kesamaan unsur-unsur bahasa tertentu. Selain istilah dialek dalam variasi bahasa ada juga istilah-istilah lain seperti yang dikemukakan oleh Nababan (1986) yaitu sosiolek dan fungsiolek. Sosiolek merupakan ragam bahasa yang sehubungan dengan kelompol sosial. Sedangkan fungsiolek merupakan bahasa yang sehubungan dengan situasi berbahasa dan atau tingkat formalitas.
Bagaimanpun variasi atau ragam bahasa itu berkembang bahasa merupakan alat penyatu yang tidak saja merupkana hasil dari budaya tapi juga merupakan hasil dari perkembangan zaman yang terus berlanjut.

sosiolinguistik bab I


Sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam pemakaian bahasa dan berperan dalam pergaulan. Aslinda (2010:6) mengungkapkan bahwa sosiolinguistik merupakan bidang ilmu antardisipliner yang mempelajari bahasa di dalam masyarakat.Sosiolinguistik merupakan salah satu  bagian dari ilmu bahasa interdisipliner artinya ilmu bahasa yang mengindahkan sistem ilmu lain. Dilihat dari namanya sosiolinguistik (SL) terdiri atas sosiologi yang artinya masyarakat dan linguistik yang merupakan kajian bahasa. Selain SL juga ada ilmu-ilmu lain yang dapat menjadi bandingan terkait dengan ilmu bahasa.
Pertama sosiolinguistik dengan sosiologi. Dalam bandingannya SL dengan sosiologi objek utama SL adalah masyarakat sedangkan objek utama dari sosiologi adalah variasi bahasa bukan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Nababan (1986) yang mengatakan bahwa SL digunakan untuk membahas aspek-aspek kemasyarakatan, khususnya variasi bahasa yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan.
Kedua sosiolingusitik dengan linguistik umum. linguistik umum terkadang disebut sebagai linguistik saja, dalam kajiannya linguistik terdiri atas struktur bahasa yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan discourse. SL disini memfokuskan pembahasannya pada bunyi-bunyi bahasa. Linguistik menganggap bahasa sebagai sistem tertutup yang lepas dari struktur masyarakan. Komponen-komponennya bersifat homogen. Fokus pembahasan SL ialah bunyi-bunyi bahasa sedangkan objek utama dari linguistik ialah struktur  bunyi dan makna bahasa secara sosial.
Ketiga sosiolinguistik dengan dialektologi. Dialektologi merupakan kajian tentang variasi budaya. Tujuan dari dialektologi ialah untuk mencari hubungan kekeluargaan diantara dialek-dialek itu dan menentukan sejarah perubahan bunyi atau bentuk kata, berikut maknanya, dari masa kemasa dan dari satu tempat ke tempat lain. Dalam hal ini sosiolinguistik meneliti objek kajiannya dengan menggunakan pendekatan deskriptif-sonkronis, artinya melihat objek sebagai adanya pada suatu saat tertentu, sedangkan dialegtologi menggunakan metode historis-diakronis, artinya dia membanding-mbandingkan, dan di dalam membandingkan itu dialektologi.
Keempat, sosiolingusitik dengan retorika. Sosiolingistik bukan terikan bukan simaksudkan sebagai kajian tutur terpilih (selected speech). Objek kajiannya dalam hal ini ialah variasi budaya baik itu dari segi SL maupun retorika. SL memfokuskan kajiannya melalui variasi bahasa dan faktor yang memunculkan variasi, sedangkan retorika memfokuskan kajiannya pada variasi dan bentuk yang terpilih. Dialektologi dan SL memiliki hubungan yang erat karena sama-sama memusatkan kajiannya pada kebiasaan ujar dari kelompok-kelompok sosial yang berbeda
Kelima adalah sosiolinguistik dengan psikologi sosial. Psikologi sosial merupakan paduan antara kajian sosiologi dengan psikologi, tetapi fokusnya lebih pada psikologi. Psikologi meliputi mental individu seperti sikap, minat, intelegensi, kepribadian dsb. Psikologi sosial memfokuskan kajiannya pada kelompok manusia yang bisa diteliti dengan menganalisis sikap bahasa atau language attitude sedangkan SL lebih pada bahasa dan masyarakatnya.
Keenam adalah SL dengan antropologi. Antrpologi mempelajari masyarakat dari sudut kebudayaan secara luas, misalnya adat, hukum, nilai, lembaga sosial, religi dsb. Bahasa juga merupakan salah satu dari kebudayaan. Masyarakat dapat debedakan berdasarkan etniknya. Setiap etnik akan berkomunikasi dengan etnik lain. Bahasa yang digunakan oleh suatu etnik untuk berkomunikasi dengan etnik lain itulah yang dipelajari dalam SL. Penelitiannya bisa menggunakan metode participant observation.
Ketujuh atau yang terakhir adalah SL makro dan SL mikro. Bisa dikategorikan ke dalam  SL makro jika kita membicarakan tentang besar dan luas, sementara dalam SL mikro kita membahas tentang yang kecil dan sempit. Fokus dari SL makro ialah interaksi antar penutur dalam konteks antar kelompok (intergroup interaction) dan condong ke orientasi sosial. Fokus dari SL mikro ialah interaksi bahasa antar penutur dalam kelompok terntentu (intergroup interaction) dan condong ke orientasi linguistik. Menurut Ibrahim (1995: 44) mengatakan bahwa perbedaan antara SL mikro dan makro merupakan perbedaan filosofis. Perbedaannya terletak pada perbedaan definisi tentang individualitas. Timasheff  (dalam Ibrahim, 1995: 44) yang mengatakan bahwa istilah SL mikro untuk analisis yang ditekankan pada individu dalam interaksi intra-kelompok yang kecil dan informal, sedangkan SL makro mengkaji interaksi pada tataran antar kelompok yang besar.

Rujukan:
Aslinda dan Syafyahya, Leni.2007.Pengantar Sosiolinguistik.Bandung: Refika Aditama
Ibrahim, Syukur.1995.Sosiolinguistik Sajian Tujuan, Pendekatan, dan Problem.Surabaya: Usaha
Nasional
Nababan. 1986. Sosiolinguistik. Jakarta: PT Gramedia

.............



kau menjerit pasti kesakitan
sakit yang kau sebenarnya tak mau
dibunuh untuk keyakinan fana
tapi ternyata itu yang lebih penting
kau sakit dan sakit sakitan
aku memang juga
tapi pasti tak sesakitmu
tak sesakit kau yang terus dijejali
sabarlah sebentar lagi berakhir sakitmu
karena menjadi mati
maaf ibu membunuhmu





Ninis Sofie, 16122012






cerita duniaku


Sepi yang Tak Kosong
(Sebuah Dunia)

aku sebuah cerita tentang kehidupan di dalam
yang dingin dan lembab
sepi tetapi tidak kosong
aku menungguimu sebagai bayang ketika sadar
dan membalutmu dalam mimpi ketika lelap
kamu-akulah yang menjadi penghuni sepi yang tak kosong
aku-kamulah yang datang dan pergi dari dunia tak kosong
sebuah cerita dibangun oleh kata-kata
dan kata-kata adalah Gatoloco dari makna kata
itulah duniaku
keyakinan terbentuk saat mulai percaya kepada hal kepercayaan
tapi yakin masih berbeda dengan percaya
aku sebuah dunia yang tak sepi dari kata-kata
makalah maka tak kosong
jika disudahi sekarang maka kata-kata tak cukup untuk mewakili diriku
walau dalam duniaku atau bahkan dunia kita kata-kata telah bebas dengan dirinya
ia bebas berteman, bermusuhan, menyendiri atau tersendiri
tidak hanya kata-kata dalam duniaku
kau juga bebas bersudut pandang
aku sebuah sepi yang tak kosong
sepi dan tidak kosong
saat ada sakit dalam duniaku
kaulah yang akan meneteskan air mata untukku
dan saat ada tawa dalam duniaku
jua kaulah yang akan bersenyum untukku
lewat Gatoloco kata-kata kita bertemu
bersapa walau tak saling kenal
karena hanya kata-kata sebagai portal dari dunia kita
aku ingin selalu membawamu dalam duniaku
sepi tetapi tak pernah kosong
sudah cukupkah kata-kata ini mewakili diriku?
kiranya cukup akan aku sudahi sampai ini
sekali lagi aku ulang untukmu
aku adalah sebuah dunia sepi tetapi tak pernah kosong
sepi tetapi tak kosong, sepi yang tak kosong
ini bahkan mungkin juga duniamu
dunia sastra


Malang, 24042013

puisi


==========

Dalam gelap aku sedikit tak lagi terlupa akan hadirmu
Menjadikan malamku selalu tak tanpamu
Denganmu itu menjadi alam yang lagi meragu
Dimana terang atau bahkan remang
Ketika disudut jalan orang menyapa
Ku pegang erat celanamu dalam pelukku
Dimanakah kiranya angin yang menghangatkan hati
Kini hanya dirimu yang tak selayak aku
Kau sembunyikan dirimu dalam pekatnya malam
Kau korbankan aku hingga yang tersisa hanya rindu
Kepadamu aku bertanya
Dimana kiranya ku puaskan dahagaku atas cintamu


(Malang, HMJ Sasindo 18022012)

puisi


Budak hamba

       Sepertinya gundah menikam dada
Aku masih percaya
       Sepertinya risau suramkan jiwa
Tapi aku masih yakin
Akan ada diri-Mu
Akan ada kekuasaan diatasku
Tak layak hanya otak dari eon ingatan
       Yang darimu
       Yang kutuliskan sendiri
Menjadi pahit, ukir, coret, dan luka
       Aku masih perduli
Dengan mendirikan doa persembahan budak
Untuk memuliakan raja tak teraba
Meminta dengan berpura
Kepada molekul tak bernyawa
Sampai aku tak kering dibakar
Tak basah disiram
Tapi meleleh ketika tiba
Menjadi asal yang tak tahu kapan


Sofi  (Malang, 07042011)


Puisi


deblokade

bulat dan menjadi berputar
menggulung garis vertikal horisontal
selain revolusi yang dibekukan
dari tampak perang yang diciptakan
menginginkan goresan lebih dalam
mengambil gagasan dunia keduanya
bukan dunia tapi setengahnya
hidupkan tempat dari sejati yang tertindas
menyetujui kekuatan fisik batiniah
inilah buruh khusus perjuangan
kehendak kolektif dari suara gagasan
mempetegas luas baik sastra atau seni
alternatif adalah bukan selalu solusi
tetap merupakan produk sebagaimana terlalu berulang
dari teori-teori gagasan
dengan membuat sesuatu menjadi jelas
atau menghilankan lebihnya
tentang beberapa dunia yang dikatakan hampir ada


Sofi  (Malang, 07042011)



Jumat, 24 Mei 2013

Adaptasi Goenawan Muhamad


KE-TERANG-AN GELAP
Oleh: Ninis Sofie

akhirnya bukan sepi yang mengambil alih tapi struktur
ketika yang maha sepi sudah mulai menjadi tepi
aliran suara yang sudah diukirkan menjadi tulisan suci dalam alkitab senantiasa digemakan tapi hanya serupa gema itu terwakilkan
Agama dimulai dari yang hening, dari kesendirian keheningan dan getaran akan kasih sayang yang mengerikan
Muhammad di gua Hira’
kemudian ia menjadi gemetar membawa sebuah perintah bahwa ia adalah pemimpin bagi umatnya
setelah sekian abad kita tak mampu bersua dengan sang pemimpin umat
suasana sudah tak lagi sama
sungguh jauh berbeda
banyak imam ingin mencipta dengan keimanan yang sama persis yang disebut sebagai “jalan yang lurus”
sesuai dengan ketetapan yang diyakini sebagai sesuatu yang terang
jangan anggap gelap adalah perusak bagi yang terang
tak akan ada terang saat gelap tak pernah hadir
gelap adalah dunia tersendiri dan punya kemauan sendiri
jangan kau anggap gelap menyesatkan karena tak ada terang disana
desain-desain sudah mulai tercipta
akidah-akidah menjadi bentukan dimana-mana
hanya sekedar akidah dan hanya sekedar desain yang kemudian dibentuk untuk terbentur dan dibenturi oleh ketidakinginan untuk menjalankan
Tapi ada yang tak disadari oleh para imam yang menghendaki “jalan lurus” bahwa bumi selalu menampakkan kediriannya
bumi menampilkan diri hanya ketika ia tetap tak terungkap dan tak terjelaskan
belajar dari sebuah kesalahan bukanlah hal yang gampang
menunggu diusir untuk pergi
menunggu dimarah untuk bertindak
menunggu mati untuk kemudian hidup kembali bersama yang kekal
yang disadari oleh para imam pengemban “jalan lurus” adalah bahwa sebutan bagi mereka akan memberikan arti lebih terhadap berlangsungnya hidup dikemudian hari
dunia masih bersifat fana ketika dalam hidup
tapi ada dunia yang sudah tak fana ketika juga “hidup”
hidup bersama yang kekal
hukum yang datang dari langit, yang datang dengan mengalir tak jua terterima dengan aliran yang sama deras atau dengan jumlah aliran yang sama
kita tidak dapat mengelakkan kekuasaan manusiawi dari hukum yang mengalir itu
dari aliran bunyi ke ukiran dan akhirnya ketulisan
maka tak sepenuhnya bisa dianggap sama, tapi pasti memiliki gen yang sama
pahala mendapatkan posisi pada bagian terang dan dosa mendapat posisi pada bagian gelap
sudah ada posisi masing-masing dan sudah ada yang menentukan masing-masing
kita hanya berkeinginan untuk diletakkan dimana
kita hanya mengisi posisi itu sebanyak-banyaknya, ataukah yang kiri ataukah yang kanan
jatuhnya berat bukan kita yang menentukan
ketika massa gelap menjadi lebih berat maka disana kita akan “hidup”
dan ketika massa terang yang lebih berat maka disanalah kita akan “hidup”
tidak ada batas yang pasti antara gelap dan terang
tidak mudah untuk dibedakan atau dikategorikan berdasarkan kekuatan cahaya mereka
jangan salah, gelap juga mempunyai cahaya, karena orang juga bisa melihat dalam gelap walau perlu waktu untuk itu
jadi gelap tak selamanya akan menjadi gelap
ketika kau pertama kali masuk dalam kegelapan kau akan perlu sedikit saja waktu untuk kemudian tetap bisa melihat dalam kegelapan itu
akan ada sebuah keterbiasaan jika memang sudah terkurung dalam gelap
lebihnya kau bisa melihat terang dalam gelap tapi tak kan mudah melihat gelap dalam terang
terang terkadang begitu mudah untuk menyesatkan
tidak semudah yang kau pikirkan untuk hidup dalam terang
Muhammad mendapatkan terang dalam gelapnya gua
hingga akhirnya ia membagi terang itu kepada semua orang yang mampu dan mau menerimanya
gelap memang tidak untuk dibagi-bagi
ia mempunyai dunia sendiri untuk kemauannya sendiri


                                                                                                                                                Malang, 04 Mei 2013

Kamis, 23 Mei 2013

Proposal Skripsi BAB I


BAHASA ISTILAH PARA PEMABUK DI SALAH SATU KOMPLEKS PEMABUK KABUPATEN LUMAJANG

BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini memuat uraian (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Masalah Penelitian, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, dan (5) Definisi Operasional. Paparan masing-masing disajikan sebagai berikut.

1.1  Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana yang digunakan untuk menyampaikan suatu pikiran kepada orang lain. Bahasa merupakan sarana komunikasi. Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbritrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengindentifikasi diri (Chaer, 2000:1). Fungsi bahasa yang terutama adalah sebagai alat untuk bekerja sama atau berkomunikasi di dalam kehidupan manusia bermasyarakat (Chaer, 2000:2). Masyarakat melakukan interaksi, untuk itu diperlukan suatu alat yang dinamakan bahasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi.
Dalam berkomunikasi dengan orang lain biasanya seseorang menggunakan bahasa yang telah disepakati oleh lingkungan sekitarnya. Keterampilan berbahsa seseorang sangat beragam. Kualitas keterampilan berbahasa seeorang bergantung kepada kuantitas dan kualistas kosakata yang dimiliknya. Semakin banyak kata yang dikuasai seseorang semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasai dan sanggup diungkapkannya. Saat menggunakan bahasa seseorang juga harus memperhatikan konteknya. Supardo (1988:2) menegaskan bahwa orang yang dapat berbahasa sesuai dengan konteknya dipandang sebagai orang yang menguasai bahasa dengan baik. orang tersebut dianggap orang yang “tahu berbahasa”.                                                
Setiap bahasa sebenarnya mempunyai ketetapan atau kesamaan dalam hal tata bunyi, tata bentuk, tata kata, tata kalimat, dan tata makna. Tetapi karena berbagai faktor yang terdapat dalam masyarakat pemakai bahasa itu seperti usia, pendidikan, agama, bidang kegiatan, dan profesi, serta latar belakang budaya daerah maka bahasa itu menjadi tidak benar-benar seragam. Bahasa itu menjadi beragam, sehingga tata bunyinya menjadi tidak sama persis. Karena ketidaksamaan tersebut maka muncullah ragam bahasa. Ragam bahasa merupakan varian dari sebuah bahasa menurut pemakaiannya. Ada beberapa ragam bahasa dalam bahasa Indonesia diantaranya (1) Ragam bahasa yang bersifat perseorangan (idiolek), (2) Ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat dari wilayah tertentu (dialek), (3) Ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat dari golongan sosial tertentu (sosiolek), (4) Ragam bahasa yang digunakan dalam kegiatan suatu bidang tertentu (fungsiolek), (5) Ragam bahasa yang digunakan dalam situasi formal atau situasi resmi (bahasa baku, bhasa standar), (6) Ragam bahasa yang digunakan dalam situasi informal atau situasi tidak resmi (ragam nonbaku, nonstandar), (7) Ragam bahasa yang digunakan secara lisan  (bahasa lisan). Alangkah baiknya kalau kita dapat menguasai ragam-ragam bahasa tersebut dengan baik agar kita dapat berkomunikasi secara efektif sesuai dengan tempat dan situasi tempat ragam itu digunakan. Namun untuk penelitian ini, akan dikhususkan pada ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat dari golongan sosial tertentu atau yang bisa disebut dengan istilah sosiolek. Tempat penelitian pun juga dibatasi pada satu daerah saja yaitu di salah satu kompleks pemabuk di Kabupaten Lumajang.
Kabupaten Lumajang terletak pada 112o53`-113o23` Bujur Timur dan 7o54`-8o23` Lintang Selatan. Luas wilayah keseluruhan Kabupaten Lumajang adalah 1790,90 km2. Berada ditengah-tengah gunung-gunung diantaranya, gunung Semeru, Gunung Bromo, dan Gunung Lamongan. Batas wilayah ialah, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Malang, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo, sebelah timur berbatasan dengan Jember, sebelah selatan berbatasan dengan samudra Indonesia. Penduduk kabupaten Lumajang umumnya adalah Suku Jawa dan Suku Madura, dan agama mayoritas adalah islam. Kabupaten Lumajang beriklim tropis. Iklim adalah keadaan cuaca pada suatu tempat pada periode yang panjang. Iklim merupakan unsur yang memengaruhi manusia dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Berdasarkan letak geografis Kabupaten Lumajang tersebut dan dengan iklim tropis yang terjadi memberikan pengaruh terhadap masyarakatnya. Iklim yang panas memberikan sedikit ketidaknyamanan dalam keberlangsungan hidup sehari-hari. Di salah satu kompleks yang dikaji oleh peneliti sebagian besar masyarakat khususnya para remaja adalah orang yang pernah mabuk. Hal ini didukung oleh iklim tropis tersebut. Selain itu lingkungan yang ada di kompleks tersebut cukup mendukung para remaja untuk terpengaruh dalam hal kenakalan remaja karena dari masyarakatnya juga selalu menjual bahan-bahan yang dapat mendukung keberlangsungan kenakalan tersebut dalam hal ini difokuskan pada kenakalan remaja pada kegiatan mabuk-mabukkan. Tetapi disisi lain, para remaja yang mabuk-mabuk tersebut justru malah memiliki keunikan tersendiri, disini kita melihat dari segi positifnya. Mereka para pemabuk menciptakan bahasa istilah tersendiri yang mereka pakai untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Kekreatifan tersebut akan menambah khasanah bahasa dalam perkembangan budaya yang semakin berkembang. Bahasa istilah yang digunakan dalam kelompok ini cukup menarik dan tidak ditemukan dalam situasi lain dengan kata dan makna yang sama, jika ditemukan dalam situasi lain pun akan memiliki makna yang berbeda. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Endraswara (2008:10) bahwa manusia senantiasa memperlihatkan perilaku yang beragam. Manusia selalu mencitaptakan hal-hal baru dari apa yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Manusia ditakdirkan aneh, atas keanehan itu manusia justru menarik dibahas dari sisi apa pun (Endraswara, 2008:17). Berdasar keanehan yang diungkapkan oleh Endraswara tersebut maka penelitian ini sangat menarik untuk dilakukan. Penelitian yang mengkaji bagaimana manusia mencipatakan bahasa istilah yang ia gunakan dalam lingkup sosialnya sendiri. Manusia merupakan subjek komunikatif dengan orientasi sosial. Dimasyarakat, seseorang tidak dipandang sebagai individu yang terpisah, tetapi merupakan anggota kelompok sosialnya. Dalam kelompok sosial masalah eksisitensi aspek-aspek sosial bahasa seperti juga aspek-aspek antar hubungan yang terkandung dalam struktur sosial, merupakan masalah yang tidak pernah berakhir sebab diproduksi dan direproduksi secara terus menerus melalui aksi dan reaksi kedua belah pihak yaitu penutur dan penerima tutur . Perilaku dan interaksi sosial merupakan akibat dan bagian sistem sosial yang pada gilirannya merupakan bagian lingkungan sosialnya (Ratna, 2009:123). Gejala-gejala sosial bukan realitas tunggal, juga bukan    mekanisme yang bebas dari kompleksitas sistem makna. Banyak yang terjadi dalam mekanisme tersebut yang sangat menarik untuk diteliti, terutama pada bahasa yang tercipta dari mekanisme sosial tersebut . Istilah-istilah yang tidak ditemukan dalam kejadian lain tersebut menjadi sangat menarik untuk dijabarkan dan hal itulah yang membuat penelitian ini penting untuk dilakukan.                                                                                                                                                                                                                            
1.2  Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ruang lingkup, keterbatasan masalah, dan rumusan masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1.2.1 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah
Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah bahasa istilah para pemabuk disalah satu kompleks pemabuk Kabupaten Lumajang. Pemfokusan masalah hanya pada bahasa istilah para pemabuk di kompleks tersebut.
1.2.2 Rumusan Masalah
Bagaimana deskripsi bahasa istilah para pemabuk disalah satu kompleks pemabuk di kabupaten Lumajang?

1.3  Tujuan Penelitian
Secara keseluruhan penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.
Mendeskripsikan bahasa istilah para pemabuk disalah satu kompleks pemabuk di kabupaten lumajang.

1.4  Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ada dua, yaitu manfaat teoritis dan praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan menambah khasanah bagi perkembangan penelitian tentang bahasa istilah di kabupaten Lumajang. Sementara itu, manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak berikut ini.
1)      Bagi peneliti: manfaat praktis dari penelitian ini bagi pihak peneliti untuk menambah pengetahuan tentang bahasa istilah para pemabuk disalah satu kompleks pemabuk di kabupaten Lumajang.
2)      Peneliti lanjutan: hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk melakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan bahasa istilah di kabupaten Lumajang dan sebagai tambahan referensi penelitian tentang bahasa istilah di daerah lain.
3)      Pihak pembaca: manfaat praktis dari penelitian ini bagi pihak pembaca umum adalah untuk menambah pengetahuan tentang bahasa istilah dalam aspek kebahasaan.




1.5  Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemahaman terhadap istilah-istilah yang akan digunakan dalam penelitian ini, perlu diadakan definisi operasional. Definisi operasional yang dimaksud dikemukakan sebagai berikut.
1)      Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer dan merupakan salah satu hasil budaya manusia yang bernilai tinggi dan digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk berkomunikasi, berkerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
2)      Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaiannya baik itu berdasarkan wilayah, kelompok sosial, fungsi, atau pun situasi.
3)      Sosiolek adalah bagian dari ragam bahasa yang merupakan ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok orang tertentu dalam kondisi sosial yang sama.
4)      Bahasa istilah adalah kata, gabungan kata atau ungkapan khusus yang mengungkapkan makna dalam suatu keadaan yang khas dalam kondisi atau situasi tertentu.
5)      Bahasa istilah pemabuk adalah ungkapan khusus yang digunakan oleh para pemabuk untuk menyampaikan pesan tertentu kepada sesamanya dan memiliki makna yang dapat diketahui konteksnya.




Program Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA)


PROGRAM BIPA

(BAHASA INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING)
BUMI NUSANTARA
 BIPA BN

TUGAS INDIVIDU
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Program Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing
yang dibina oleh Dr. Widodo Hs., M.Pd



Oleh :
Sofiatun          100211406090


A description...






UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
Mei 2013
PROGRAM BIPA
(BAHASA INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING)
BUMI NUSANTARA
“BIPA BN”

A.    LATAR BELAKANG
Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata. Bahasa merupakan simbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu. Bahasa adalah sistem dari lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota masyarakat pemakai bahasa untuk berkomunikasi, bekerja sama dan mengidentifikasi diri. Bahasa merupakan bagian dari perbuatan tingkah laku manusia1. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat menimbulkan kerjasama atau hubungan antara pemakainya.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA  NOMOR  24  TAHUN  2009  TENTANG BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA,  SERTA LAGU KEBANGSAAN pada Bagian Keempat tentang Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Internasional, Pasal 44 (1) Pemerintah meningkatkan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan. (2) Peningkatan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasi oleh lembaga kebahasaan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai peningkatan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah (UU nomor 24 tahun 2009).
Berdasarkan fungsi kebahasaan yang di maksud pada pasal 44. Maka perlu adanya suatu layanan bahasa yang dapat melayani para pebelajar asing yang ingin belajar Bahasa Indonesia. Selain itu, dilihat dari segi budaya Indonesia sering kali menjadi sorotan publik internasional atau dengan kata lain menjadi tujuan dalam hal liburan budaya. Ini membuka peluang bagi bahasa indonesia sebagai komponen penting di negara untuk meningkatkan fungsi dari bahasa tersebut.
1 (Nikelas, Syahwin. 1988. Pengantar Linguistik Untuk Guru Bahasa. Jakarta: Depdikbud direktorat jendral pendidikan tinggi proyek
pengembangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan. Hlm. 7)
 
Hal tersebutlah yang melatar belakangi Bumi Nusantara sebagai lembaga swasta yang bergerak di Program BIPA untuk membantu lembaga kebahasaan pemerintah sehingga dapat meningkatkan fungsi kebahasaan yang di maksud pada UU pasal 44 tersebut. Keragaman budaya yang sangat menarik minat orang asing untuk datang ke Indonesia memberikan dasar pemikiran yang lebih mendalam terhadap Bumi Nusantara untuk menyelenggarakan program BIPA yang diberi nama BIPA BN.

B.     NAMA PROGRAM
Nama program yang diselenggarakan oleh Bumi Nusantara adalah BIPA BN. Nama tersebut didapat setelah terjadi diskusi yang cukup mendalam oleh tim kreatif lembaga Bumi Nusantara.

C.    DESKRIPSI PROGRAM
BIPA BN  adalah salah satu dari sekian banyak program yang ditawarkan untuk para pebelajar asing bahasa indonesia. BIPA BN menawarkan pendekatan komunikasi aktif dalam proses pengajarannya. Memang bukan hal yang baru, namun dalam program ini menawarkan bagaimana mahasiswa memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dan juga menganalisis pola-pola pikir orang-orang disekitar mereka, yang nantinya berhubungan dalam proses belajar dikampus dan kehidupan mereka selama di indonesia.
BIPA BN adalah program yang benar-benar ditujukan untuk pengenalan dasar budaya dan pengetahuan tentang empat kemampaun berbahasa, yaitu membaca, menulis, mendengar (menyimak), dan berbicara dalam tujuan komunikasi.
D.    TUJUAN PROGAM
Tujuan penyusunan program pembelajaran BIPA BN  ini adalah:
a)      Memfasilitasi mahasiswa asing universiatas negeri atau swasta untuk memudahkan mereka mengikuti proses belajar.
b)      Memberikan pengetahuan tentang ketatabahasaan bahasa Indonesia untuk kepentingan komunikasi.
c)      Mengenalkan dan memberi pemahaman tentang bahasa dan budaya sekitar kepada para pebelajar.
d)     Memberikan pembelajaran bahasa secara afektif dalam penggunaan pendapat tuturan dalam bentuk tertulis.
e)      Memberikan pengetahuan mengenai unsur-unsur sosial dalam  masyarakat lokal yang berguna dalam pembentukan paradigma berpendapat.
Tujuan lain yaitu disesuaikan dengan keperluan universitas dan kebutuhan mahasiswa.

E.     WAKTU PROGRAM
Lama program pembelajaran adalah sepuluh minggu. Sepuluh minggu pembelajaran yang akan dijelaskan secara singkat dalam tabel berikut:
Hari / minggu
Minggu
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
1.








2.







3.







4.







5.







6.







7.







8.







9.







10.









TEMPAT PROGRAM

            Tempat program di lakukan di gedung BUMI NUSANTARA sebagai tempat program ada di daerah Lumajang, Jawa Timur, Indonesia. Program ini menggunakan dua kelas intensif. Kelas yang dirancang khusus untuk menambah kenyamanan pebelajar dengan fasilitas ruangan bersih, AC, kursi meja belajar, LCD, leptop server, wifi, papan tulis, dan interior yang menarik. Fasilitas lain dari gedung ini adalah tempat santai, aula, rungang pengajar, mini market, free hostpot, perpustakaan mini, dan toilet yang bersih, dengan kata lain tempat untuk penyelenggaraan ini sudah cukup baik untuk memfasilitasi proses belajar mengajar.

G.    PEBELAJAR PROGRAM
Sasaran pebelajar program BIPA BN adalah:
a)      Mahasiswa asing yang belajar di perguruan tinggi negeri atau swasta.
b)      Memiliki minat belajar bahasa Indonesia dalam tujuan kelancaran proses belajar.
c)      Mendapatkan rekomendasi dari kampus masing masing.
d)     Pembelajaran program adalah mahasiswa yang sudah masuk pada tingkat novice.
e)      Bersedia menjalani semua program pembelajaran BIPA BN
f)       Pebelajar dapat aktif dan partisipatif dalam setiap materi pembelajaran.
            *data pengajar program BIPA BN ada dalam halaman lampiran.

H.    PENGAJAR
Pengajar BIPA untuk program BIPA BN adalah:
a)      Pengajar yang menarik, interaktif dan inovatif.
b)      Pengajar yang telah berpengalaman.
c)      Memahami setiap materi yang disajkan.
d)     Mampu memberdayakan dan mengenali karakteristik pebelajar.
e)      Mengerti kebutuhan pebelajar.
f)       Menggunakan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan materi ajar.



I.       TUTORIAL
Kegiatan tutorial ini bertujuan membantu mahasiswa dalam setiap permasalahan yang dihadapi dalam kelas dan materi yang akan didapat besok. Materi yang diberikan pada program begitu padat sehingga diperlukan jasa tutor untuk mendukung penyuksesan program dan ketercapaian materi program untuk lembaga penyelengaraan dan untuk para pebelajar. Kegiatan tutorial hanya diberikan waktu 1-2 jam tiap pertemuanya. Tetapi tidak menutup kemungkinan kegiatan tutor ada jam lebih, hal tersebut juga bisa disesuaikan dengan permintaan pebelajar (mahasiswa asing).

J.      METODE PEMBELAJARAN
Metode yang digunakan dalam proses belajar adalah:
a)      Metode komunikatif aktif
Metode ini target tercapainya kondisi belajar yang kominikatif dan aktif secara kondusif.
b)      Metode dialogis (dialogue method)
Cara belajar dengan melibatkan peran peserta didik dan pembimbing dalam peroses pengolahan materi pelajaran melalui dialog yang sistematis.
c)      Metode dengar pendapat
Cara belajar dengan memberi kesempatan kepada seorang yang ahli dan berkompeten dibidangnya untuk memberi penjelasan terkait pokok bahasan.
d)     Metode Drill
Cara belajar melalui pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih berulang-ulang sehingga menguasai materi yang diajarkan.
e)      Metode kontekstual
Metode yang mengarahkan pebejar pada lingkungan sekitar.
f)       Metode pembelajaran kooperatif  learning
Metode pembelajaran yang mengutamakan pembelajar pada kerjasama. Seperti: Kerja kelompok dan diskusi.
g)      Metode bermain Peran
Cara belajar dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bermain peran menjadi seorang tokoh dalam percakapan dan saling berkomunikasi.


Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.

K.    MATRIK JADWAL KEGIATAN PROGRAM  DAN MATERI PEMBELAJARAN
**terlampir

L.     MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN
            Media pembelajaran antara lain:
a)      Bahan bacaan: Koran, Majalah, Buletin, Artikel, Jurnal, dan Buku panduan.
b)      Gambar-gambar ilustrasi.
c)      Materi kebudayaan.
d)     Media internet.
e)      Pakar (dalam diskusi)
f)       Kajian antropologi masyarakat Indonesia.

M.   EVALUASI
Selain materi program, lama program, dan metode pembelajaran yang menjadi patokan penting pendukung materi program paparan adalah evaluasi. Evaluasi ini terbagai dua, yaitu evaluasi dalam bentuk tulis dan evaluasi dalam bentuk lisan. Evaluasi dalam bentuk lisan adalah evaluasi yang menekankan pada aspek-aspek berbicara yang didukung oleh tiga kemampuan berbahasa yang lain, sedangkan tes tulis itu berbentuk  membuat jurnal laporan kegiatan yang telah dilakukan dalam materi program pembelajran kelas, membuat cerita, membuat opini, dan jenis tulisan yang lain serta tetap menggunakan tiga kemampuan berbahasa yang lain.




N.    PENUTUP
Sebuah program BIPA akan menjadi luar biasa, sukses menghasilkan pebelajar yang berkompeten jika di dorong dengan keseriusan untuk dikerjakan dengan komitmen tinggi. Melalui program BIPA BN ini senantiasa memberika pelayanan yang terbaik dan profesional untuk mencapai visi dan misi perkebangan bahasa indonesia sebagai sarana komunikasi berbudaya ataupun sebagai ilmu pengetahuan.


Lumajang, 01 Mei
BUMI NUSANTARA