Translate

Jumat, 22 November 2013

Naskah drama menikah muda


MUDA(H) MIMPI MENIKAH MUDA(H)
Oleh: Ninis Sofie

kehidupan hari ini adalah milik kita
kita adalah aku dan kau
bukan hanya diriku dan dirimu tapi juga jiwa kita
iya

Babak I
Diatas panggung ada seorang nenek dan seorang kakek yang sudah mengarungi bahtera pernikahan selama betahun-tahun lamanya.
Nenek      : “Kek, aku menunggu sesuatu yang memang sedang kita tunggu”
Kakek      : “Iya Nek, aku tahu itu”
Nenek      : “Apa kau benar-benar tahu?”
Kakek      : “Tentu, tahu setahu-tahunya. Kita, kau dan aku sedang menunggu kereta kencana kita datang”
Nenek      : “Ah,,, sekian lamanya kita sudah menolak untuk menjadi koma, apakah koma kita akan segera datang?”
Kakek      : “Tentu saja, kita tidak akan lagi menolak untuk menjadi koma, dan kita sudah persiapkan untuk menghadapi 100 juta pertanyaan”
(kakek dan nenek itu tertidur, lampu meredup)

Babak II
                 Di panggung sudah ada meja dan kursi yang menggambarkan suasana rumah.
(tit tit tit hp Ibu Nina berbunyi)
Ibu           : “Halo nak, ada apa?”
Nina         : “Bu maaf hari ini Nina pulang telat, ada les tambahan”
Ibu           : “Kenapa kau semakin sering pulang telat akhir-akhir ini?”
Nina         : “Ibu,,, Ibu tenang saja, tidak akan terjadi apa-apa, Nina akan baik-baik saja, ini hanya tambahan les Bu, les kan juga demi kebaikan Nina juga supaya Nina dapat lulus dengan baik”
Ibu           : “Iya ibu tahu, sehabis les kamu harus langsung pulang”
Nina         : “Ok siap”
(ibu nina dirumah menunggu Nina pulang dari sekolah tiba-tiba adik suaminya datang)
Tante        : “Tok,,, tok,,, tok,,, Assalamualaikum...”
Ibu           : “Waalaikumussalam... oh kamu to mari masuk”
Tante        : “Kok sepi mbak Nina kemana?
Ibu           : “Nina masih di sekolah, pulang terlambat karena ada les tambahan katanya, sebentar lagi dia pasti datang, tumben datang kemari ada yang mendesakkah?”
Tante        : “Tidak ada hal yang mendesak, hanya ingin mencari teman ngobrol saja”
Ibu           : “Kebetulan aku juga lagi nggak ada pekerjaan jadi kita bisa ngobrol sampai sore sambil menunggu Nina pulang”
Tante        : “Iya”
Ibu           : “Lha Dhek Tirto lagi kemana?”
Tante        : “Suami saya?”
Ibu           : “Ya iya to, adik saya itu yang sekaligus suamimu juga!”
Tante        : “Adikmu itu sudah tidak seperti dulu lagi”
Ibu           : “lho,,,lho,,, kok bisa gitu to, coba cerita dulu, kamu lagi ada masalah dengan suamimu mbak di sini siap mendengarkan, ayo cerita”
(tiba-tiba Nina datang)
Nina         : “Assalamualaikum...”
Ibu, Tante        : “Waalaikumussalam,,,”
Ibu           : “Lho katanya ada les tambahan kok cepet?”
Nina         : “nggak jadi Bu, gurunya ada keperluan mendesak katanya, ya aku langsung pulang saja. (Nina melihat ada tantenya datang) Eh ada tante, apa kabar Te?”
Tante        : “Baik kok Nin, sini duduk samping tante”
Ibu           : “Nina nggak mau makan dulu?”
Tante        : “Sudah mbak biar Nina sekalian bisa mendengar apa yang akan saya ceritakan”
Ibu           : “Bagaimana Nina”
Nita          : “Ada sesuatu yang terjadi ya Te?”
Ibu           : “Tante ingin cerita tentang Dhek Tirto Nin”
Nina         : “Kenapa memangnya dengan paklek Te?
Tante        : “Paklek mu itu sudah tidak seperti dulu lagi, dulu waktu awal pernikahan semua terjadi biasa saja, terjadi sesuai apa yang saya dan mas Tirto rundingkan, tapi lama kelamaan ada sesuatu yang aneh yang saya rasakan”
Ibu           : “Mungkin hanya perasaanmu saja”
Tante        : “Mbak yu pernah dengar mitos tentang orang yang nikah muda tidak akan bisa hidup bahagia, saya rasa mitos itu benar”
Nina         : “Memang ada mitos yang seperti itu ya Bu?”
Tante        : “Kamu nggak percaya sama tante?”
Ibu           : “Nina, jangan menyela omongan tantemu, mitos itu dulu memang ada di daerah kita ini, sempat beredar seperti itu karena setiap orang yang menikah muda di daerah kita ini hidup mereka tidak ada yang bahagia, selalu berakhir dengan perceraian”
Nina         : “Kok Nina tidak tahu”
Tante        : “Ya sekarang ini kamu tahu Nin, makanya dengarkan saran tante jangan bermimpi untuk nikah muda. Apa kamu sudah punya pacar di sekolah?”
(Nina memandang ibunya, seperti ingin mengatakan sesuatu tapi tidak bisa ia sampaikan)
Tante        : “Sudah katakan saja, ibumu tidak akan marah”
Nina         : “Ada Te”
Tante        : “Hati-hati kalau pacaran, ya sudah saya tak pulang dulu, tapi saya mau minta tolong mbak yu dulu”
Ibu           : “Apa itu?”
Tante        : “Apa mbak yu bisa ikut kerumah, aku ingin mbak yu bicara dengan mas Tirto”
Ibu           : “Baiklah jika itu membantumu, Nina jaga rumah ya ibu mau kerumah tante dulu”
Nina         : “Iya Bu”
(Tante dan Ibu keluar panggung, tinggal nina sendiri diatas panggung)
                 Nina hanya diam dan memikirkan apa yang dikatakan tantenya tadi serta mitos yang  baru saja ia dengar
                 Nina mengambil album fotonya bersama Koni pacarnya. Ia mulai membukanya dan membalik-baliknya. Sudah banyak hal yang dilakukan mereka berdua, mulai dari bersepeda  bareng, belajar bareng, mancing bareng, makan bareng dan masih banyak lagi yang lain. Nina mulai berbicara dengan dirinya sendiri
Nina         : “Kalau memang mitos yang tante katakan tadi benar berarti cita-citaku dan mas Koni bisa saja gagal. Padalah kami kan sudah merencanakan denganb baik, sebaiknya aku segera mengatakannya kepada ibu agar aku bisa mendapat sedikit pencerahan, apakah ibu masih lama ya pulangnya?”

Nina tertidur sambil memeluk album fotonya. Kemudian ibu datang
Ibu           : “Nina,,, kenapa kamu tidur di situ nak?, Nina,,,Nina (ibu membangunkan nina sambil menepuk pundak Nina)
Nina         : (kaget) “Oh ibu,,, aku menunggu ibu pulang”
Ibu           : “Iya ibu tahu, tapi kan kamu bisa ganti baju dulu kemudian tidur di kamar bukan di kursi seperti itu, apa yang kamu peluk itu?”
Nina         : “Bu, ada yang ingin nina sampaikan ke ibu”
Ibu           : “apa itu?”
Nina         : “Bu, ini foto-foto saya dan mas Koni ketika bersama, ketika kita berdua melakukan kegiatan bersama-sama, kami selalu memotretnya dan mengumpulkan foto-foto itu”
Ibu           : “Lalu apa yang ingin kamu sampaikan ke ibu, apa hanya foto itu? sudah lah nah aku ini ibumu, ibu bisa merasakan kalau yang ingin kamu sampaikan sebenarnya bukan itu”
Nina         : “Saya dan mas Koni setelah lulus SMA ingin menikah bu”
Ibu Nina hanya menghela nafas panjang
Nina         : “Nina harap ibu tidak marah, atau memarahi Nina, saya ingin ibu memberikan saran agar anakmu satu-satunya ini dapat kehidupan yang baik di masa mendatang, karena restu ibu tidak pernah ada duanya”
Ibu hanya terdiam dan pergi meninggalkan Nina sendirian (Ibu keluar panggung) Nina mengejar ibunya
Nina         : “Bu,, ibu mau kemana, ibu belum mengatakan sepatah katapun tentang hal yang nina sampaikan tadi bu, tunggu nina bu?

Babak III
Nina dan Koni sedang berdua. Pernikahan sudah berlangsung Nina dan Koni di panggung dengan mamakai kostum pengantin jawa sederhana.
Koni         : “Kita sudah menjalankan niat suci kita Nin”
Nina         : “Iya mas”
Koni         : “Setelah ini kita akan mengarungi kehidupan yang tak terkira ini berdua hingga salah satu dari kita akan pergi mendayung perahu menuju negeri yang tak teraba”
Nina         : “Bisakah kita hidup dalam satu perahu ketika kepergian  itu datang mas”
Koni         : “Ketika pergi itu datang dan salah satu kita yang didatangi oleh kepergian itu maka tentulah kita akan memiliki perahu yang berbeda”
Nina         : “aku ingin kita pergi itu datang kepada kita, bukan kepada diriku atau kepada dirimu saja”
Koni         : “Semoga begitu”

Babak IV
Nina dan Koni sudah berusi 30an.
Nina         : “Mas,, anak-anak masih tidur coba kamu bangunkan dan bantu mereka mandi, 10 menit lagi harus sudah sarapan”
Koni         : “Iya”
(Koni datang dengan membawa dua orang anak, seorang laki-laki berumur 11 tahun dan perempuan berumur 5 tahun)
Nina         : “Ayo anak-anak segera sarapan kalau tidak kalian akan terlambat kesekolah”
Anak-anak       : (bersama) “Iya ibu,,,”

Babak V
Koni         : “Bu,,, ayo segera keluar, pernikahan anak kita akan segera dimulai”
Nina         : (masuk panggung) “Iya Pak, saya tahu”
Koni         : “Lalu kenapa lama sekali”
Nina         : “Saya hanya teringat masa lalu kita, rasanya baru kemarin aku menikah denganmu tapi kenapa hari ini kita sudah menikahkan anak kita”
Koni         : “Sudahlah Bu, ini hidup kita, hidup ku dan kau, bukan hanya diriku dan dirimu iya kan bu?”
Nina         : “Iya pak aku tahu, tak perlu kau setiap hari mengatakan kata-kata itu ketika aku sedang bimbang begini”
Koni         : “Sudahlah ayo kita berangkat”

Babak VI
Nina         : “Kek, aku menunggu sesuatu yang memang sedang kita tunggu”
Koni         : “Iya Nek, aku tahu itu”
Nina         : “Apa kau benar-benar tahu?”
Koni         : “Tentu, tahu setahu-tahunya. Kita, kau dan aku sedang menunggu kereta kencana kita datang”
Nina         : “Ah,,, sekian lamanya kita sudah menolak untuk menjadi koma, apakah koma kita akan segera datang? apa kepergian yang dulu kita ucapkan ketika kita baru menikah akan segera datang. Pergi yang datang”
Kakek      : “Tentu saja, kita tidak akan lagi menolak untuk menjadi koma, dan kita sudah persiapkan untuk menghadapi 100 juta pertanyaan ketika pergi itu datang”

Babak  VII
                 Nina sedang tidur di kursi, Ibu nina bingung ingin membangunkan Nina atau menunggunya sampai bangun. Sempat beberapa kali ia mencoba menepuk bahu nina agar terbangun tapi beberapa kali juga ia urungkan. Sampai pada akhirnya ibu benar-benar memutuskan untuk membangunkan nina
Ibu           : “Nina sayang ayo bangun jangan tidur di kursi”
Nina bangun dan kehilangan mimpinya
Nina         : “Ibu,,, kenapa ibu tadi pergi sementara ibu belum mengatakan sepatah katapun tentang hal yang tadi nina sampaikan tentang nina dan mas koni?”
Ibu           : “Ibu ingin tahu bagaimana mas Koni yang kau sampaikan itu, dan tentu saja harus ada perbincangan keluarga”
Nina         : “jadi ibu setuju?”
Ibu           : “Iya”

ketika ke depan menjadi impian
sama halnya dengan negeri yang tak teraba
ketika ada yang menuliskan
ada pula yang akan menghapusnya


Selesai