Ayam Ebeg-Ebeg
Oleh: Ninis Sofie
Kaki itu bersamaan menghentak-hentak menggambarkan
alunan musik yang terus mengalun sedari siang hingga sang mentari mulai sedikit
demi sedikit bersembunyi di ufuk barat.
Dengan tangan mengepal kebelakang sekaku besi yang
tak bisa bengkok
Dengan sirih yang terus mereka kunyah hingga
berwarna merah serupa darah
Dengan iringan musik yang terus mengusik hingga yang
dipahami hanyalah menari
Terkadang mereka menyerupai kuda terkadang juga
terlihat seperti ular yang akan menerkam mangsanya begitu kuat dan tak
terkalahkan
Terkadang juga menjadi kadal yang sering sekali
menjulurkan lidahnya
Orang-orang menyebutnya sebagai ‘ebeg’
Sepertinya setan yang merasuki jiwa tak begitu
memperdulikan siapa terang dan siapa remang
Bagi siapa saja warga kampung itu bisa dalam
seketika menjadi bukan diri sendiri terutama bagi mereka yang laki-laki
Raga yang mereka punya tak memahami apa yang dia
kata dipelupuk tapi merasakan dengan imaji yang tak secara benar dimiliki.
Jika dilihat lebih mendalam warga kampung Sabrangmas
memang memiliki darah keturunan yang sama
Dahulu kala Sabrangmas hanyalah sebuah hutan belukar
yang tak terjamah tapi seorang pertapa yang dengan kemauannya telah merubah
hutan itu menjadi rumahnya sendiri, dari sinilah sekarang menjadi kampung Sabrangmas
Jika kau hanya melintas, maka kau tak kan pernah
tahu betapa warga kampung itu begitu berbeda dalam semua kecuali darah nenek
moyangnya yang membuat mereka sama ketika mereka dalam sekapan ebeg
Kampung itu tidak begitu luas perumahannya, hanya
beberapa rumah-rumah kecil di tengah-tengah lahan yang begitu luas. Orang-orang
mulai membudidayakan setiap lahan disekitar rumah mereka sebagai area untuk
bercocok tanam. Perkampungan itu hidup memanjang sepasang rumah saling
berhadapan, disebelahnya sepasang berhadapan lagi, begitulah dari barat sampai
ke timur. Ditengah-tengah adalah rumah kepala dusun dan balai desa tempat para
warga berkumpul jika ada hal-hal yang perlu dibicarakan bersama.
Mungkin sudah menjadi takdir atau mungkin memang
disengaja. Desa yang membujur dari barat ketimur itu terbagi menjadi dua, tidak
terbagi secara harfiah tapi kebiasaan mereka yang telah terbagi dengan pak
lurah berada ditengah-tengah. Warga bagian barat adalah orang-orang yang gemar
memelihara ayam jago, kau tahu apa yang terjadi ketika orang gemar memelihara
ayam jago. Judi dan minuman keras adalah sahabat karib yang tak terpisahkan dan
warga baratlah yang merawat kedua sahabat itu. Salah satu atau mungkin
satu-satunya kelebihan dari warga barat adalah keistimewaan ayam jago mereka.
Ayam jago mereka selalu berkokok menjelang subuh, kokok itu saling bersautan. Dan
warga timur akan melakukan persaingan dengan pengeras suara yang ada disurau
bagian timur. Ketika warga timur pergi mengambil air untuk berwudu’ warga barat
juga sama-sama mengambil air tapi sedikit berbeda tujuannya, jika warga timur
setelah mengambil air lalu beramai-ramai ke mushola, warga timur beramai-ramai
memandikan ayam jago andalan mereka. Warga barat benar-benar menemukan kediriannya bahwa judi
dan mabuk adalah pasangan sejati yang saling setia. Kehidupan yang cukup
harmonis, alam memang harus seimbang.
Pagi itu pak karyo akan memulai harinya dengan
semangat yang cukup membara dengan pergi kesawahnya dibagian barat.
“Semangat sekali kang?”
“iya yu, baru panen”
“wah,,, wah,, wah,,,”
“lah ayam jago sampeyan kemana yu, kok tidak
kelihatan”
“sedang pergi dinas kang”
“hahaha,,, yu Nem ini bisa saja”
“lhoh,,! Bener to kang, ayamnya itu lagi dinas
dengan bapak, nanti kalau pulang pasti langsung bawa gaji”
“saya juga pergi dinas ini yu, hanya saja saya tidak
langsung dapat gaji, paling-paling gaji saya paling cepat saya terima tiap tiga
bulan sekali, terkadang malah sampai setahun sekali, itu pun kalau tidak
terlambat”
“heheheh,, kang Karyo bisa guyon juga to”
“ya sudah yu, saya tak segera ke tempat dinas,
memang sih tidak ada denda untuk keterlambatan, tapi nanti gaji saya bisa
melambat kalau saya tidak segera”
“iya kang, ati-ati”
Malam itu dirumah kang darman ada selamatan tak lupa
pula persiapan untuk ebeg sudah tersedia dari pagi, malamnya pasti akan jadi
pertunjukan yang sangat istimewa. Semua orang menyukainya bahkan mereka tak
rela jika ebeg tidak diadakan ketika ada orang selamatan karena itu memang
sudah menjadi hukum wajib yang diwariskan leluhur mereka. Senja sudah mulai meraba
dan orang-orang sudah beranjak dari rumah masing-masing untuk menonton
pertunjukan ebeg. Pertunjukan diawali dengan tarian anak-anak gadis remaja dan
iringan musik biasa. Setelah itu memasuki tarian ke dua berganti personil, di
sini tak lagi gadis tapi berganti para
lelaki yang menari setelah itu baru salah satu dari anggota ebeg
melecutkan sebuah cemeti yang terkena cemeti itu akan secara otomatis mengalami
gejala kaku dan kemungkinan mereka menjadi tidak sadar dengan apa yang mereka
lakukan.
Pertunjukan berlangsung seru
Keesokan paginya kampung dihebohkan dengan hilangnya
ayam jago salah satu warga, tak pernah terjadi demikian. Orang-orang mulai
memperbincangkan hilangnya ayam jago tersebut
“jika dicuri maling, sepertinya tidak mungkin karena
ayam jago yang hilang itu tersimpan rapi didalam rumah, dan bagian dari rumah
itu tak ada satupun yang menandakan ada pencuri bisa masuk, semua pintu juga
terkunci dengan rapat”
“kalau ayam jago itu kabur sendiri juga tidak
mungkin karena waktu ditemukan pagi harinya kandangnya dalam keadaan terkunci
dengan baik”
“dan lebih tidak mungkin lagi kalau ayam jago itu
bisa membuka dan menutup kunci kandangnya sendiri”
“kalau pun ayamnya bisa keluar dari kandang, tidak
mungkin bisa keluar dari rumah karena tidak ada celah untuk itu”
Desas-desus terus saja bermunculan banyak orang
punya pendapat tapi tak ada satu pun dari pendapat itu yang mempunyai ujung
yang jelas.
Hari berganti, desas desus lama-kelamaan mulai
mereda dan orang yang kehilangan ayam jago itu sudah membeli ayam jago baru.
Malam ini dirumah kang Ulum ada hajatan dan tak lupa
pula ebeg yang menjadi pasangan orang yang selametan atau hajatan. Kronologi
seperti biasa ketika cemeti sudah berbunyi maka orang-orang akan tersikap dalam
genggaman ebeg sampai sang pemulih yang menyadarkan mereka.
Berita yang sama, keesokan paginya setelah ebeg
berlangsung salah satu warga kampung kehilangan ayam jago lagi. Kali ini
sedikit ada kemungkinan menemukan jawaban karena ayam yang hilag memang berada
diluar rumah walaupun kandangnya tetap terlihat rapi dengan kuncinya tapi
orang-orang mengira ada orang yang sengaja melepaskannya atau mungkin
mencurinya untuk dijadikan santapan dirumah, yang orang-orang takutkan adalah
bahwa di kampung mereka sekarang kemungkinan sudah ada pencuri dan itu akan
membahayakan bagi semua warga kampung.
Minggu-minggu ini banyak sekali orang punya hajat
jadi semakin sering orang melihat pertunjukan ebeg bahkan tak hanya melihat
mereka para lelaki yang terkena cemeti juga akan merasakan sekapan ebeg dalam
tubuh mereka tanpa sesadar mereka. Semakin banyak pergelaran ebeg semakin
sering ayam jago menghilang tanpa jejak di kampung Sabrangmas. Orang-orang
mulai bertanya-tanya adakah kiranya karena ebeg membutuhkan korban untuk saat
ini karena dulu tak pernah terjadi seperti ini walaupun ebeg sering digelar. Adakah
leluhur yang membabat hutan ini sehingga menjadi kampung begini sekarang sedang
marah kepada warga kampung dan sengaja mencuri ayam jago. Tapi adakah hantu? Adakah
hantu yang mencuri?. Adakah ini sebuah teguran?. Banyak pertanyaan muncul di
sana sini tapi tak kunjung datang jawaban.
Kali ini yu Nem yang memiliki ayam jago paling jago
sedang selametan karena ayamnya menghasilkan uang yang cukup banyak. Yu nem
selametan agar ayamnya terhindar dari mara bahaya dan terus bisa menghasilkan
uang. Kali ini yu nem sengaja tidak mengadakan ebeg. Spontan warga kampung
tidak terima karena yu nem dianggap sudah merusak tradisi leluhur selama ini. Yu
nem tak menggubris ia tetap melanjutkan selamatannya. Malam harinya ketika
waktu kenduri tak banyak yang datang dengan alasan takut kena marah dari sang
leluhur hanya sekitar tujuh sampai sepuluh orang yang datang padahal biasanya
bisa lebih dari itu. Selamatan berakhir, fajar sudah mulai mengintip untuk berbagi kehangatan. Tak ada
kabar tersiar tentang orang yang kehilangan ayam jago. Tapi kampung malah
menjadi heboh adakah ebeg menjadi penyebab hilangnya ayam jago selama ini, itu
adalah hal aneh yang sedang dipikirkan warga kampung
Lama kelamaan hampir semua warga kampung tak lagi
menggelar ebeg ketika mereka selametan atau hajatan. Mereka lebih sayang kepada
ayam jago mereka ketimbang menyelenggarakan ebeg.
Lalu kemana ebeg?!
Malang, 27022013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar