Translate

Minggu, 24 Maret 2013

cerpen 1


Ayam Ebeg-Ebeg
Oleh: Ninis Sofie

Kaki itu bersamaan menghentak-hentak menggambarkan alunan musik yang terus mengalun sedari siang hingga sang mentari mulai sedikit demi sedikit bersembunyi di ufuk barat.
Dengan tangan mengepal kebelakang sekaku besi yang tak bisa bengkok
Dengan sirih yang terus mereka kunyah hingga berwarna merah serupa darah
Dengan iringan musik yang terus mengusik hingga yang dipahami hanyalah menari
Terkadang mereka menyerupai kuda terkadang juga terlihat seperti ular yang akan menerkam mangsanya begitu kuat dan tak terkalahkan
Terkadang juga menjadi kadal yang sering sekali menjulurkan lidahnya
Orang-orang menyebutnya sebagai ‘ebeg’
Sepertinya setan yang merasuki jiwa tak begitu memperdulikan siapa terang dan siapa remang
Bagi siapa saja warga kampung itu bisa dalam seketika menjadi bukan diri sendiri terutama bagi mereka yang laki-laki
Raga yang mereka punya tak memahami apa yang dia kata dipelupuk tapi merasakan dengan imaji yang tak secara benar dimiliki.
Jika dilihat lebih mendalam warga kampung Sabrangmas memang memiliki darah keturunan yang sama
Dahulu kala Sabrangmas hanyalah sebuah hutan belukar yang tak terjamah tapi seorang pertapa yang dengan kemauannya telah merubah hutan itu menjadi rumahnya sendiri, dari sinilah sekarang menjadi kampung Sabrangmas
Jika kau hanya melintas, maka kau tak kan pernah tahu betapa warga kampung itu begitu berbeda dalam semua kecuali darah nenek moyangnya yang membuat mereka sama ketika mereka dalam sekapan ebeg
Kampung itu tidak begitu luas perumahannya, hanya beberapa rumah-rumah kecil di tengah-tengah lahan yang begitu luas. Orang-orang mulai membudidayakan setiap lahan disekitar rumah mereka sebagai area untuk bercocok tanam. Perkampungan itu hidup memanjang sepasang rumah saling berhadapan, disebelahnya sepasang berhadapan lagi, begitulah dari barat sampai ke timur. Ditengah-tengah adalah rumah kepala dusun dan balai desa tempat para warga berkumpul jika ada hal-hal yang perlu dibicarakan bersama.
Mungkin sudah menjadi takdir atau mungkin memang disengaja. Desa yang membujur dari barat ketimur itu terbagi menjadi dua, tidak terbagi secara harfiah tapi kebiasaan mereka yang telah terbagi dengan pak lurah berada ditengah-tengah. Warga bagian barat adalah orang-orang yang gemar memelihara ayam jago, kau tahu apa yang terjadi ketika orang gemar memelihara ayam jago. Judi dan minuman keras adalah sahabat karib yang tak terpisahkan dan warga baratlah yang merawat kedua sahabat itu. Salah satu atau mungkin satu-satunya kelebihan dari warga barat adalah keistimewaan ayam jago mereka. Ayam jago mereka selalu berkokok menjelang subuh, kokok itu saling bersautan. Dan warga timur akan melakukan persaingan dengan pengeras suara yang ada disurau bagian timur. Ketika warga timur pergi mengambil air untuk berwudu’ warga barat juga sama-sama mengambil air tapi sedikit berbeda tujuannya, jika warga timur setelah mengambil air lalu beramai-ramai ke mushola, warga timur beramai-ramai memandikan ayam jago andalan mereka. Warga barat  benar-benar menemukan kediriannya bahwa judi dan mabuk adalah pasangan sejati yang saling setia. Kehidupan yang cukup harmonis, alam memang harus seimbang.
Pagi itu pak karyo akan memulai harinya dengan semangat yang cukup membara dengan pergi kesawahnya dibagian barat.
“Semangat sekali kang?”
“iya yu, baru panen”
“wah,,, wah,, wah,,,”
“lah ayam jago sampeyan kemana yu, kok tidak kelihatan”
“sedang pergi dinas kang”
“hahaha,,, yu Nem ini bisa saja”
“lhoh,,! Bener to kang, ayamnya itu lagi dinas dengan bapak, nanti kalau pulang pasti langsung bawa gaji”
“saya juga pergi dinas ini yu, hanya saja saya tidak langsung dapat gaji, paling-paling gaji saya paling cepat saya terima tiap tiga bulan sekali, terkadang malah sampai setahun sekali, itu pun kalau tidak terlambat”
“heheheh,, kang Karyo bisa guyon  juga to”
“ya sudah yu, saya tak segera ke tempat dinas, memang sih tidak ada denda untuk keterlambatan, tapi nanti gaji saya bisa melambat kalau saya tidak segera”
“iya kang, ati-ati

Malam itu dirumah kang darman ada selamatan tak lupa pula persiapan untuk ebeg sudah tersedia dari pagi, malamnya pasti akan jadi pertunjukan yang sangat istimewa. Semua orang menyukainya bahkan mereka tak rela jika ebeg tidak diadakan ketika ada orang selamatan karena itu memang sudah menjadi hukum wajib yang diwariskan leluhur mereka. Senja sudah mulai meraba dan orang-orang sudah beranjak dari rumah masing-masing untuk menonton pertunjukan ebeg. Pertunjukan diawali dengan tarian anak-anak gadis remaja dan iringan musik biasa. Setelah itu memasuki tarian ke dua berganti personil, di sini tak lagi gadis tapi berganti para  lelaki yang menari setelah itu baru salah satu dari anggota ebeg melecutkan sebuah cemeti yang terkena cemeti itu akan secara otomatis mengalami gejala kaku dan kemungkinan mereka menjadi tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan.
Pertunjukan berlangsung seru
Keesokan paginya kampung dihebohkan dengan hilangnya ayam jago salah satu warga, tak pernah terjadi demikian. Orang-orang mulai memperbincangkan hilangnya ayam jago tersebut
“jika dicuri maling, sepertinya tidak mungkin karena ayam jago yang hilang itu tersimpan rapi didalam rumah, dan bagian dari rumah itu tak ada satupun yang menandakan ada pencuri bisa masuk, semua pintu juga terkunci dengan rapat”
“kalau ayam jago itu kabur sendiri juga tidak mungkin karena waktu ditemukan pagi harinya kandangnya dalam keadaan terkunci dengan baik”
“dan lebih tidak mungkin lagi kalau ayam jago itu bisa membuka dan menutup kunci kandangnya sendiri”
“kalau pun ayamnya bisa keluar dari kandang, tidak mungkin bisa keluar dari rumah karena tidak ada celah untuk itu”
Desas-desus terus saja bermunculan banyak orang punya pendapat tapi tak ada satu pun dari pendapat itu yang mempunyai ujung yang jelas.
Hari berganti, desas desus lama-kelamaan mulai mereda dan orang yang kehilangan ayam jago itu sudah membeli ayam jago baru.
Malam ini dirumah kang Ulum ada hajatan dan tak lupa pula ebeg yang menjadi pasangan orang yang selametan atau hajatan. Kronologi seperti biasa ketika cemeti sudah berbunyi maka orang-orang akan tersikap dalam genggaman ebeg sampai sang pemulih yang menyadarkan mereka.
Berita yang sama, keesokan paginya setelah ebeg berlangsung salah satu warga kampung kehilangan ayam jago lagi. Kali ini sedikit ada kemungkinan menemukan jawaban karena ayam yang hilag memang berada diluar rumah walaupun kandangnya tetap terlihat rapi dengan kuncinya tapi orang-orang mengira ada orang yang sengaja melepaskannya atau mungkin mencurinya untuk dijadikan santapan dirumah, yang orang-orang takutkan adalah bahwa di kampung mereka sekarang kemungkinan sudah ada pencuri dan itu akan membahayakan bagi semua warga kampung.
Minggu-minggu ini banyak sekali orang punya hajat jadi semakin sering orang melihat pertunjukan ebeg bahkan tak hanya melihat mereka para lelaki yang terkena cemeti juga akan merasakan sekapan ebeg dalam tubuh mereka tanpa sesadar mereka. Semakin banyak pergelaran ebeg semakin sering ayam jago menghilang tanpa jejak di kampung Sabrangmas. Orang-orang mulai bertanya-tanya adakah kiranya karena ebeg membutuhkan korban untuk saat ini karena dulu tak pernah terjadi seperti ini walaupun ebeg sering digelar. Adakah leluhur yang membabat hutan ini sehingga menjadi kampung begini sekarang sedang marah kepada warga kampung dan sengaja mencuri ayam jago. Tapi adakah hantu? Adakah hantu yang mencuri?. Adakah ini sebuah teguran?. Banyak pertanyaan muncul di sana sini tapi tak kunjung datang jawaban.
Kali ini yu Nem yang memiliki ayam jago paling jago sedang selametan karena ayamnya menghasilkan uang yang cukup banyak. Yu nem selametan agar ayamnya terhindar dari mara bahaya dan terus bisa menghasilkan uang. Kali ini yu nem sengaja tidak mengadakan ebeg. Spontan warga kampung tidak terima karena yu nem dianggap sudah merusak tradisi leluhur selama ini. Yu nem tak menggubris ia tetap melanjutkan selamatannya. Malam harinya ketika waktu kenduri tak banyak yang datang dengan alasan takut kena marah dari sang leluhur hanya sekitar tujuh sampai sepuluh orang yang datang padahal biasanya bisa lebih dari itu. Selamatan berakhir, fajar sudah mulai  mengintip untuk berbagi kehangatan. Tak ada kabar tersiar tentang orang yang kehilangan ayam jago. Tapi kampung malah menjadi heboh adakah ebeg menjadi penyebab hilangnya ayam jago selama ini, itu adalah hal aneh yang sedang dipikirkan warga kampung
Lama kelamaan hampir semua warga kampung tak lagi menggelar ebeg ketika mereka selametan atau hajatan. Mereka lebih sayang kepada ayam jago mereka ketimbang menyelenggarakan ebeg.
Lalu kemana ebeg?!



Malang, 27022013






Tidak ada komentar:

Posting Komentar