PUNYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN
Penelitian adalah
suatu cara ilmiah untuk memecahkan suatu masalah atau menemukan sesuatu yang
baru. Cara ilmiah di sini berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Dalam proses penelitian
ilmiah akan diperoleh data-data yang akan diproses dan pada akhirnya diterjemahkan
menjadi suatu hasil atau kesimpulan dari penelitian tersebut. Untuk mendapatkan
data tersebut maka diperlukan suatu alat ukur/instrumen. Proses dalam menyusun
alat ukur (instrumen) penelitian sangatlah penting karena instrumen tersebut
menjadi pedoman untuk mengukur variabel-variabel penelitian.
LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN
INSTRUMEN
1.
Mengindentifikasi
variabel-variabel dalam rumusan judul penelitian
2.
Menjabarkan
variabel tersebut menjadi sub variabel/dimensi
3.
Mencari
indikator/ aspek setiap sub variabel
4.
Menderetkan
deskriptor dari setiap indikator
5.
Merumuskan setiap
deskriptor menjadi butir-butir instrumen
6.
Melengkapi
instrumen dengan petunjuk pengisian dan kata pengantar.
Selain itu, dalam menyusun
butir-butir instrumen pengumpulan data perlu juga diperhatikan:
1.
Pertimbangan dari
peneliti: (1) mengenai variabel yang akan diungkap, (2) tersedianya tenaga,
waktu, dana, dan mudahnya analisis, (3) teknik pengujian realibilitas yang akan
dipilih.
2.
Pertimbangan dari
responden: (1) pemahaman responden tentang item-item pernyataan/pertanyaan, (2)
kesibukan responden, maksudnya menyangkut pekerjaan dikantor,
nelayan,petani,dokter, dll.
Menurut Muljono (2002) menyatakan bahwa langkah punyusunan instrument
penelitian adalah sebagai berikut:
Untuk memahami
konsep penyusunan dan pengembangan instrumen, maka di bawah ini akan disajikan
proses atau langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrument dilengkapi
dengan bagan proses penyusunan item-item instrumen suatu penelitian. Secara
garis besar langkah-langkah penyusunan dan pengembangan instrumen adalah
sebagai berikut :
1.
Berdasarkan sintesis dari
teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep dari variabel yang hendak diukur,
kemudian dirumuskan konstruk dari variable tersebut. Konstruk pada dasarnya
adalah bangun pengertian dari suatu konsep yang dirumuskan oleh peneliti.
2.
Berdasarkan konstruk tersebut
dikembangkan dimensi dan indikator variable yang sesungguhnya telah tertuang
secara eksplisit pada rumusan konstruk variabel pada langkah 1.
3.
Membuat kisi-kisi instrumen dalam
bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah
butir untuk setiap dimensi dan indikator.
4.
Menetapkan besaran atau parameter
yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu kutub ke kutub lain
yang berlawanan, misalnya dari rendah ke tinggi, dari negatif ke positif, dari
otoriter ke demokratik, dari dependen ke independen, dan sebagainya.
5.
Menulis butir-butir instrumen
yang dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Biasanya butir instrumen yang
dibuat terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok butir positif dan kelompok
butir negatif. Butir positif adalah pernyataan mengenai ciri atau keadaan,
sikap atau persepsi yang positif atau mendekat ke kutub positif, sedang butir
negatif adalah pernyataan mengenai ciri atau keadaan, persepsi atau sikap
negatif atau mendekat ke kutub negatif.
6.
Butir-butir yang telah ditulis
merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses validasi, baik validasi
teoretik maupun validasi empirik.
7.
Tahap validasi pertama yang
ditempuh adalah validasi teoretik, yaitu melalui pemeriksaan pakar atau melalui
panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang
tepat dari konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari
dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat
mengukur indikator.
8.
Revisi atau perbaikan berdasarkan
saran dari pakar atau berdasarkan hasil panel.
9.
Setelah konsep instrumen dianggap
valid secara teoretik atau secara konseptual, dilakukanlah penggandaan
instrumen secara terbatas untuk keperluan ujicoba.
10.
Ujicoba instrumen di lapangan
merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui ujicoba tersebut,
instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji-coba yang
mempunyai karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi
penelitian. Jawaban atau respon dari sampel ujicoba merupakan data empiris yang
akan dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria dari
instrumen yang dikembangkan.
11.
Pengujian validitas dilakukan
dengan menggunakan kriteria baik criteria internal maupun kriteria eksternal.
Kriteria internal, adalah instrumen itu sendiri sebagai suatu kesatuan yang
dijadikan kriteria sedangkan criteria eksternal, adalah instrumen atau hasil
ukur tertentu di luar instrumen yang dijadikan sebagai kriteria.
12.
Berdasarkan kriteria tersebut
diperoleh kesimpulan mengenai valid atau tidaknya sebuah butir atau sebuah
perangkat instrumen. Jika kita menggunakan kriteria internal, yaitu skor total
instrumen sebagai criteria maka keputusan pengujian adalah mengenai valid atau
tidaknya butir instrument dan proses pengujiannya biasa disebut analisis butir.
Dalam kasus lainnya, yakni jika kita menggunakan kriteria eksternal, yaitu
instrumen atau ukuran lain di luar instrumen yang dibuat yang dijadikan
kriteria maka keputusan pengujiannya adalah mengenai valid atau tidaknya
perangkat instrumen sebagai suatu kesatuan.
13.
Untuk kriteria internal atau
validitas internal, berdasarkan hasil analisis butir maka butir-butir yang
tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki untuk diujicoba ulang, sedang
butir-butir yang valid dirakit kembali menjadi sebuah perangkat instrumen untuk
melihat kembali validitas kontennya berdasarkan kisi-kisi. Jika secara konten
butir-butir yang valid tersebut dianggap valid atau memenuhi syarat, maka
perangkat instrumen yang terakhir ini menjadi instrumen final yang akan
digunakan untuk mengukur variabel penelitian kita.
14.
Selanjutnya dihitung koefisien
reliabilitas. Koefisien reliabilitas dengan rentangan nilai (0-1) adalah
besaran yang menunjukkan kualitas atau konsistensi hasil ukur instrumen.Makin
tinggi koefisien reliabilitas makin tinggi pula kualitas instrumen tersebut.
Mengenai batas nilai koefisien reliabilitas yang dianggap layak tergantung pada
presisi yang dikehendaki oleh suatu penelitian. Untuk itu kita dapat merujuk
pendapat-pendapat yang sudah ada, karena secara eksak tidak ada tabel atau
distribusi statistik mengenai angka reliabilitas yang dapat dijadikan rujukan.
15.
Perakitan butir-butir instrumen
yang valid untuk dijadikan instrumen final.
Sudjana berpendapat bahwa instrumen penelitian merupakan alat yang dipakai
untuk menjembatani antara subjek dan objek (secara substansial antara hal-hal
teoritis dengan empiris, antara konsep dengan data), sejauh mana data
mencerminkan konsep yang ingin diukur tergantung pada instrumen (yang
subtansinya disusun berdasarkan penjabaran konsep/penentu indikator) yang
dipergunakan untuk mengumpulkan data.
Menurut Sudjana, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan
instrumen penelitian
1. Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indikator variabel harus jelas
dan spesifik sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang akan
digunakan.
2. Sumber data/informasi, baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui
terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa,
sistematika item dalam instrumen penelitian.
3. Keterandalan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpulan data,
baik dari keajegan, kesahihan maupun objektivitas.
4. Jenis data yang diharapkan dari pneggunaan instrumen harus jelas, sehingga
penelitia dapat memperkirakan cara analisis data guna pemecahan maslah
penelitian.
5. Mudah dan praktis digunakan, akan tetapi dapat menghasilkan data yang
diperlukan.
Jenis instrumen secara umum yang dapat digunakan oleh peneliti:
·
Tes merupakan suatau alat ukur yang diberikan pada
individu (responden) untuk mendapat jawaban-jawaban, baik secara tertulis
maupun lisan.
·
Kuesioner merupakan instrumen penelitian dalam
bentuk pertanyaan yang biasanya dimaksudkan untuk mendapatkan informasi
berkaitan dengan pendapat, aspirasi, persepsi, keinginan, keyakinan, dan sebagainya
secara tertulis.
·
Interview
Interview atau wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan
oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Ditinjau dari pelaksanaannya interview dibedakan atas:
a. Interview bebas, di
mana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa
yang alkan dikumpulkan.
b. Interview terpimpin
yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan
pertanyaan lengkap dan terperinci.
c. Interview bebas
terpimpin yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin.
·
Skala merupakan alat untuk mengukur nilai/keyakinan, sikap
dan hal-hal yang berkaitan dengan personological
Variable, instrumen bentuk skala biasanya disusun dalam bentuk pernyataan
pada suatu kontinum nilai tertentu, umumnya bentuk skala dipakai utnuk mengukur
sikap (skala sikap), atau skala lainnya (tergantung pada konsep yang ingin
diukur sesuai dengan fokus/masalah penelitian).
·
Observasi
Observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat indra.
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara:
1.
Observsi non-sistematis, yang
dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan.
2.
Observasi sistematis, observasi
yang dilakuakn oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen
pengamatan.
·
Dokumentasi
Berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti, buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian, dsb.
Kriteria
Instrumen
1.
Validitas
Validitas merupakan kesahihan yang menunjukkan pada
kemampuan suatu instrumen (alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur.
Kemeth
Bailey mengelompokkan tiga jenis utama validitas, yaitu:
·
Validitas rupa (Face Validity),
merupakan validitas yang menunjukkan apakah alat pengukur/instrumen penelitian
dari segi rupanya tampak mengukur apa yang ingin diukur. Validitas ini mengacu
pada bentuk dan penampilan instrumen
·
Validitas isi (Content Validity),
berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Validitas ini
berkaitan dengan proses analisis logis yang sistematis.
·
Validitas kriteria (Criterion
validity), merupakan validasi suatu instruman dengan membandingkannnya dengan
instrumen-pengukuran lainnya yang sudah valid dan reliabel dengan cara
mengorelasikannya, bila korelasinya signifikan maka instrumen tersebut
mempunyai validitas kriteria.
·
Validitas konstruk (Construct Validity) merupakan validitas
yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengerian
suatu konsep yang diukurnya.
2.
Reliabilitas
Reliabilitas berarti keajegan, suatu instrumen
pengukuran dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut dipergunakan secara
berulang memberikan hasil ukur yang sama. Cara untuk menilai atau menghitung
reliabilitas suatu instrumen adalah sebagai berikut.
·
Teori pengujian klasik.
Menurut model ini skor/nilai hasil observasi terdiri
dari dua komponen yaitu komponen nilai yang benar ditambah kekeliruan acak.
Pengukuran yang reliabel adalah pengukuran yagn mempunyai tingkat kesalahan
nol.
·
Test-retest (Repeated measure)
Pengukuran ulang dimaksudkan untuk melihat konsistensi
dari waktu kewaktu. Cara pelaksanaannya adalah dengan meminta responden untuk
menjawab pertanyaan atau merespon pernyataan yang sama sebanyak dua kali
sesudah selang waktu tertentu.
·
Metode paralel (Alternative Method)
Cara ini dilakukan dengan memberikan dua bentuk
pengukuran yang identik (dalam anti sejajar) kepada responden yang sama secara
serempak. Dua pengukuran identik bermakna bahwa dua instrumen pengukuran tersebut dimaksudkan untuk
mengukur konstruk yang sama namun dengan item-item pertanyaan/pernyataan yang
berbeda.
·
Pendekatan konsistensi internal
Pendekatan konsistensi internal merupakan satu cara untuk mengurangi
kesulitan yang diakibatkan oleh dua perlakuan atau dua bentuk pengukuran
seperti dalam metode test-retest dan metode paralel.
Beberapa
cara untuk melakukan perhitungan reliabilitas, antara lain:
1. Teknik Belah Dua (Split-half method)
Cara ini hanya dapat dikenakan pada instrumen
pengukuran dengan jumlah item genap (pengelompokan dilakukan pada item-item
yang valid).
2. Formulan Rulon
Cara ini berlaku pada pengelompokan seperti teknik
belah dua, namun estimasi reliabilitas tidak didasarkan pada perhitungan
korelasi tetapi pada varians perbedaan skor dengan varians total.
3. Formula Flanagan
Formula flanagan merupakan estimasi nilai/angka reliabilitas yang tidak
mengacu pada perhitungan korelasi, tetapi sama seperti formula Rulon yang
mengacu pada veriansi tiap-tiap kelompok hasil belah dua, bedanya dalam formula
ini ada nilai kosntanta 2 serta varians kelompok dijumlahkan dan bukan varians
beda.
4. Formula K-R 21 (Kuder Richardson)
Formula K-R merupakan prosedur pencarian nilai
reliabilitas dengan tidak mensyaratkan pembelahan item ke dalam dua kolompok,
sehingga bisa diterapkan pada instrumen yang jumlah itemnya tidak genap.
5. Rumus Alpha (Cronbach)
Formula alpha merupakan prosedur pencarian nilai
reliabilitas dengan tidak mensyaratkan pembelahan item ke dalam dua kelompok
(meski bisa juga diterapkan pada teknik belah dua), sehingga bisa diterapkan
pada instrumen yang jumlah itemnya tidak genap.
RUJUKAN
Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif,
dan Tindakan. BANDUNG: PT Refika Aditama.
Takdir, Tata. 2010. Penyusunan Instrumen Penelitian,
(Online), (http://www. teknik-penyusunan-instrumen-penelitian.html,
diakses 16 Oktober 2012).
Arikunto. Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik. JAKARTA: RONEKA CIPTA.
PENYUSUNAN
INSTRUMEN PENELITIAN
Tugas Kelompok
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Dasar-Dasar
Penelitian
yang dibina oleh Bpk. Suyono
Oleh :
Evi Dana Setia Ningrum
Faizhia Fulfa
Sofiatun