SENDIRI MENAPAK SUNYI
Malam itu begitu sunyi, Randa berbaring di tempat
tidurnya di samping jendela sayup-sayup
angin melam merambati wajahnya sinar
bulan yang begitu terang
menyinari wajahnya yang telah sembab dengan air mata. Hari ini dia kehilangan orang
terdekatnya bukan ibu, bukan ayah, bukan pacar, ataupun saudara. Randa
kehilangan teman yang selama ini sangat berarti dalam hidupnya. David adalah
cowok bertubuh kekar dan tinggi. Namun, dibalik tubuhnya yang kuat itu hatinya
sangat lemah, Randa menganggapnya sebagai adik sendiri walaupun jelas terlihat
perbedaan tubuh mereka seperti angka satu yang berdiri tegak dan tanda koma
yang begitu mungil. Ikatan kakak beradik yang tanpa merka sadari terjalin
begitu kuat. Pernah suatu kali ketika Randa, David, dan teman-temanya pergi
champing. David dengan tergesah-gesah membawa Randa kebelakang tenda dan
menyerahkan sebungkus nasi untuknya, Randa hanya tersenyum menerima itu dia
mengira David memberinya makanan tapi ternyata David sendiri yang ingin makan dengan
suapan dari tangan Randa bahkan David yang sebersar itu tak mampu membalut luka
gesekan kecil ditangan ketika ia terjatuh dan tentu saja Randa yang akan
membalut lukanya.
Kini saat David telah menghilang dari hidupnya
untuk selamanya, David pasti kesepian di sana, pikir Randa. Siapa yang akan
menyuapinya nanti, siapa yang akan membalut lukanya ketika ia terluka, siapa
yang akan menghapus air matanya ketika ia menangis. Air mata Randa semakin
banyak tertumpah, tenggorokannya serasa kering karena terlalu lama menangis,
dari rumah David sayup-sayup terdengar orang-orang yang turut berduka cita atas
meninggalnya David. Rumah Randa dan David memang bersebelahan, terletak di desa
dengan suasana sejuk yang tak pernah hilang dari lingkungan mereka. Kehidupan
pertanian yang begitu tentram, tak pernah ada konflik berkelanjutan, semua
dilakukan berdasarkan musyawarah warga. Namun, cuaca terang akhir-akhir ini
berganti dengan mendung dan rintik-rintik hujan yang tak kunjung reda, semakin
menyusutkan hati Randa dengan kepedihannya.
Seminggu berlalu baying-bayang David tak kunjung
hilang dari kehidupan Randa, “Sebegitu beratkah melupankannya?” Tanya Qulmi
teman Randa. Teman Randa sudah berusaha menghiburnya agar bisa melupakan David
melalui lelucon-lelucon yang sangat menggelikan. Namun, kenangan itu tak kunjung memudar.
Sepulang sekolah Randa memberanikan diri untuk mengambil keputusan yang sulit.
Dia meminta izin kepada orang tuanya untuk dipindahkan sekolah saja agar dia
bisa mengobati pilu hatinya. Randa yang merupakan anak tunggal selalu
mendapatkan apa pun yang ia inginkan walaupun dengan berat hati orang tuanya
melepas kepergian Randa ke Bandung, baru pertama kali ini dia pergi jauh dari
rumah sendirian. Namun, semua ketakutannya hilang ketika hatinya teringat David, teringat dengan kemanjaannya,
teringat dengan senyum lugunya.
Satu tahun berlalu Randa hamper menyelesaikan
SMA-nya walaupun bertubuh mungil Randa adalah siswa terpandai diantara
teman-teman sekelasnya dengan kepandaian itu dia berhasil mendapatkan beasiswa
meneruskan studinya, kuliah dia Australia. Sungguh prestasi yang sangat
membanggakan bagi orang tua Randa yang hanya orang desa. Satu tahun yang ia
jalani sedikit memudarkan bayangan David dalam pikirannya. Rasanya waktu
berjalan begitu cepat baru kemarin Randa pulang untuk memohon restu orang
tuanya tetapi sekarang dia sudah duduk dibangku kuliah. Dia merasa risih hari
ini, ada seorang cowok yang duduk di sebelahnya yang terus memandanginya,
disaat seperti itu Randa teringat lagi akan David dan itu sangat menyakitkan.
Sepulang kuliah Randa langsung bergegas pulang ke apartemennya dan berjalan
cepat karena cowok yang tadi memandanginya masih terus mengikutinya. Randa
gelisah karena ia belum mempunyai teman sama sekali, siapa yang akan
membantunya jika terjadi hal buruk padanya, siapa yang akan mengabari orang
tuanya di Indonesia jika terjadi hal yang tak diinginkan. Di tikungan menuju
apartemennya cowok itu hilang dari pandangan mata Randa sejurus kemudian dia
telah muncul dihadapannya dengan senyuman yang terkesan dibuat-buat. “Kau Randa
dari Indonesia ya?” Randa kaget mendengar teman sekelasnya berbahasa Indonesia
ditambah lagi dia mengtahui kalau Randa dari Indonesia dengan memberanikan diri
Randa bertanya balik “Siapa kau?” Apa! Kau tak mengingat aku jawab cowok tadi.
Sungguh sudah berubah, aku Dery, nda si tukang ngompol. Ingatan Randa langsung
berputar kemasa lalunya. Dery adalah saudara David karena malu dijuluki si
tukang ngompol dia melarikan diri ke Australia untuk belajar di Australia saja.
Orang tua Dery memang orang yang berpengahasilan lebih maka tak sulit menyekolahkan anaknya keluar negeri.
Wajah Dery hanya sekitar lima belas centi ketika Randa sadar dari lamunannya.
Apa yang kau lakukan Der?. Dery membalasnya dengan senyuman getir. Aku hanya
memastikan kenapa wajahmu begitu terlihat tua kau tak semanis dulu, cara
berpakaianmu juga tak serapi dulu, apa karena kepergian si David kau jadi
seperti ini?. Pasti alasanmu kesini juga untuk melupakan David bukan?, bisakah
kau mengajakku ke tempatmu untuk minum kopi sejenan, aku ingin bernostalgia
tentang keadaan kampungku yang telah lama ku tinggalkan. Gelak tawa menyelimuti
mereka berdua dengan tanpa sadar senja telah mulai beraksi matahari sudah
menggantung di ufuk barat tak sabar ingin menyinari belahan bumi yang lain.
Untuk sesaat Randa telah melupakan David dengan kedatangan Dery yang
menemaninya. Dery berbeda dengan David, dia jauh lebih dewasa dan tahu
bagaimana mengatur suasana hati.
Satu bulan berlalud telah membuat Randa dan David
menjadi teman yang sangat akrab baik dalam kegiatan diskusi, pratikum, maupaun
kehidupan sehari-hari, bahkan untuk makan malam atau sarapan mereka sering
memasak bersama di apartemen Randa ataupun Dery. Dalam kesendirian dery masih merasa ada yang mengganjal dalam
hatinya dia masih belum melihat senyum Randa yang seperti dulu, apakah David
memang begitu berarti bagi Randa sampai bayangannya pun tak mau pergi dari
kehidupan Randa.
Hari ini, hari santai bagi Randa tak ada kuliah
dan tugas-tugasnya telah ia selesaikan tadi malam. Dia ingin mengajak Dery
untuk berjalan-jalan mengelilingi kota sambil membeli es krim di jalan yang
dijual dengan harga terjangkau untuk para pejalan kaki. Ketika ingin
menghubungi Dery ternyata sudah terlambat. Dery mengirim pesan bahwa dia akan
pergi untuk satu bulan kedepan karena mengikuti dosen pembimbingnya, sungguh
malang nasipnya. Akhirnya Randa memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri. Di
depan apartemennya dia melihat ada sedikit keramaian dan ia sedikit mendekat
melihat dari depan apartemennya. Rupanya ada orang pandah kisitu dan menjadi
tetangga barunya, dia melamun lagi teringat kepindahannya kesini tanpa seorang
pun yang mengantarnya. Sejurus kemudian ada sesosok cowok berdiri dihadapannya
dengan menebar senyum nakal, tentu saja Randa kaget dengan hal itu. Hai nona
manis! Sedan apa kau memandangiku dari tadi, pertanyaan yang menjengkelkan
pikir Randa. Perkenalkan namaku Sandi dari Indonesia, aku yakin kamu juga orang
Indonesia karena kemanisan wajah, warna kulit, tinggi tubuhmu adalah ciri khas
orang Indonesia bukan Australia, aku pindah kesini karena keluargaku tinggal
disini jadi aku putuskan untuk meninggalkan Indonesia dan tinggal disini, aku
bisa menemanimu belajar jika kamu kesepian, jujur saja aku orangnya cukup
pandai. STOOP!. Aku tak butuh penjelasan
dari orang yang ke-PD-an seperti dirimu, dasar orang aneh, dan Randa
pergi meninggalkan Sandi. Hey nama kamu siapa gadis manis?. Tetapi Randa tak
perduli dengan panggilan itu. Awal hari yang cukup menyebalkan pikirnya semakin
menyebalkan ketika Randa tahu bahwa Sandi menjadi teman sekelasnya dan duduk
disebelahnya tempat Dery semula.
Hari ini tiba-tiba saja Randa teringat David lagi,
dia duduk termenung di sudut jendela ruang kuliahnya seusai jam kuliah berakhir
tanpa sadar air matanya telah meleleh membasahi pipinya. Sandi mengulurkan sapu
tangannya dan Randa menerimanya tanpa melihat Sandi yang telah memberikannya.
Kenapa menangis di tempat seperti ini Randa kaget mengetahui bahwa Sandi yang
telah memberinya sapu tangan, tanpa sempat berkata apa-apa Sandi sudah menarik
tangan Randa dan mengajaknya ke suatu tempat. Tempat itu adalah jalur kereta
api yang terletak di atas jembatan, Sandi menyuruh Randa berteriak di tempat
itu sepuasnya hingga ia bisa merasa lega.
Satu bulan berlalu tak begitu membuat Randa
kehilangan atas sibuknya Dery dengan kuliahnya karena Sandi yang dulunya
menyebalkan malah sekarang menjadi begitu menyenangkan. Sandi tak pernah datang
dengan raut wajah sedih tapi senyum selalu mengembang dimanapun dia berada hal
itulah yang membuat Randa kembali tersenyum. Sandi selalu mengatakan hal-hal
yang tak pernah dipikirkan orang lain,
mengajak Randa berkeliling kota dan beberapa kali menunjukkan tempat indah yang tak pernah dikunjungi
banyak orang. Keceriaan yang dibawa Sandi telah membuat Randa lupa akan David
bahkan dia sudah bisa tertawa lepas dan tak menangis lagi. Tanpa mereka sadari
pun ternyata sudah ada perasaan lebih dari teman dihati masing-masing namun tak
ada yang mengungakapkannya, mungkin mereka punya alasan tersendiri untuk itu.
Hari ini jam kuliah tidak begitu padat Randa dan Sandi sudah
berada di tempat tongkrongan mereka di sebelah perpustakaan di bawah pohon yang
rindang dan jarang orang menempatinya karena terlalu sepi. Tempat itu yang juga
menjadi tempat Dery dan Randa bercanda sebelumnya. Mereka sedang sibuk dengan
catatan masing-masing, sudah menjadi kebiasaan setelah jam kuliah selesai
mereka mengulang membaca catatadn dan menambahkan catatan lagi di sani-sini.
Tanpa sadar ternyata Dery sudah ada di belakang mereka. Sibuk sekali kalian?.
Tentu saja Randa dan Sandi kaget karan konsentrasi mereka pecah begitu saja.
Randa menoleh begitu saja ke Dery. Kau sudah kembali, kenapa pergi begitu saja,
kau tak tahu kalau aku sudah punya banyak rencana denganmu minggu sesudah kau
pergi, dasar kau Der!. Sudahlah Nda aku kan sudah mengirimkan Sandi untuk
menjagamu. Sandi yang melihat percakapan mereka diam saja tak member respon.
Randa kaget bahwa ternyata Sandi adalah teman Dery, mungkin itu jadi alasan
mengapa Sandi tak berani mengungkapkan perasaannya atau mungkin dia juga punya
alasan lain. Setiap hari pergi bersama-sama bertiga membuat Randa tak kuat lagi menahan perasannya ke Sandi.
Namun, disisi lain Dery setiap hari menceritakan ke Sandi betapa besar perasaannya
untuk Randa walaupun sebenarnya Sandi juga mencintai Randa tapi dia dengan
sepenuh hati merelakan Randa untuk Dery temannya selama ini.
Sampai suatu hari hati Randa hancur setelah
kejadian di aparteman Sandi. Randa datang dengan membawa bunga ke tempat Sandi
untuk mencoba mengatakan perasaannya, belum sampai ditempat Sandi hujan
mengguyur seluruh tubuhnya sehingga ketika sampai di tempat Sandi tubuh dan
bunganya basah kuyup semua. Perjuangan yang sungguh berat bagi seorang cewek.
Sandi mempersilahkan Randa masuk dan segera memberikan handuk . Ketika sudah
mulai pembicaraan tiba-tiba Randa melihat foto terselip dalam majalah di atas meja. Foto
Sandi dengan seorang cewek yang sedikit lebih dewasa dari pada dia. Tanpa
basa-basi Randa langsung menanyakannya ke Sandi, siapa cewek yang ada difoto
itu, dengan berat hati Sandi menjawab bahwa cewek itu adalah calon istrinya
walaupun sebenarnya bukan. Sandi hanya ingin membuat Randa dan Dery saja yang
menyatu tanpa perlu menghiraukan perasaannya karena Derylah yang pertama kenal
Randa bukan Sandi. Petir menyambar begitu keras menambah kekalutan hati Randa.
Setelah kejadian itu Sandi tak merubah penampilannya dia selalu ceria dan
menebar senyum dimana-mana hanya Randa yang sedikit kecut perasaanya. Dery
sudah berusaha beberapa kali menyatakan perasannya tapi selalu gagal karena
keberaniannya belum cukup, Sandi sudah mendukungnya setiap hari bahkan
memberikan berbagai tips tapi tetap Dery tak mampu.
Hari
ini Dery mengajak jalan-jalan dengan maksud ingin mengungkapkan perasaannya
nantinya. Dery membawa Randa ketempat yang cukup disenanginya ada pepohonan
dimana-mana dan tanpa panjang lebar terucaplah semua yang ada dihati Dery.
Randa mendengarkannya dengan penuh heran. Bagaimana jawabanmu Nda dari ucapanku
tadi?. Dery yang selalu baik selama ini mana mungkin Randa bisa menolaknya.
Randa menerima cintanya entah dengan sepenuh hati atau hanya pelarian atas
cintanya yang tak sampai ke Sandi. Setelah itu Dery mengajak Randa untuk makan
dan di sana meliha cewek yang pernah ia lihat fotonya di tempat Sandi. Cewek
itu sedang bersama seorang cowok tapi bukan Sandi. Randa menghampirinya dan
bertanya dimana Sandi karena sudah tiga hari dia tidak masuk kuliah. Cewek itu
menjawab dengan muka masam. Sandi adalah orang baik, keceriaan tak pernah
hilang dari wajahnya tapi tuhan berkehendak lain penyakit yang ada dalam
tubuhnya sudah tak memberinya kesempatan lebih lama lagi. Serentak Randa dan
Derdy kaget, Randa yang lebih terpukul atas berita itu. Pertama cewek itu bukan
calon istri Sandi tetapi dokter yang selama ini merawatnya, ke dua Randa
sekaang tahu kenapa Sandi begitu menghindar ketika Randa mencobaq mengatakan
perasannya. Kini semua sudah terlambat Sandi sudah pergi untuk mencari dokter
lain dan tak menitipkan pesan apa pun untuk Randa. Pikiran Randa kembali kemasa
lalu ketika David orang yang ia sayang sebagai adik pergi meninggalkannya.
Randa menjadi pemurung lagi dia terus bertanya-tanya dalam hantinya. Apakah dia
memang ditakdirkan untuk sendiri, mengapa orang-orang yang mulai mengisi
hatinya malah pergi dengan begitu saja, apakah Randa memang tak pantas memiliki
orang yang benar-benar menyayanginya. Randa hanya ingin tahu bagaimana keadaan
Sandi sekarang, apakah dia masih bisa bertahan melawan penyakit ganas itu atau
kemungkinan terburuk yang terjadi?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar