Translate

Senin, 22 Juli 2013

cerpen


SENDIRI MENAPAK SUNYI

Malam itu begitu sunyi, Randa berbaring di tempat tidurnya di samping jendela sayup-sayup  angin melam merambati wajahnya sinar  bulan yang  begitu terang menyinari wajahnya yang telah sembab dengan air mata. Hari ini dia kehilangan orang terdekatnya bukan ibu, bukan ayah, bukan pacar, ataupun saudara. Randa kehilangan teman yang selama ini sangat berarti dalam hidupnya. David adalah cowok bertubuh kekar dan tinggi. Namun, dibalik tubuhnya yang kuat itu hatinya sangat lemah, Randa menganggapnya sebagai adik sendiri walaupun jelas terlihat perbedaan tubuh mereka seperti angka satu yang berdiri tegak dan tanda koma yang begitu mungil. Ikatan kakak beradik yang tanpa merka sadari terjalin begitu kuat. Pernah suatu kali ketika Randa, David, dan teman-temanya pergi champing. David dengan tergesah-gesah membawa Randa kebelakang tenda dan menyerahkan sebungkus nasi untuknya, Randa hanya tersenyum menerima itu dia mengira David memberinya makanan tapi ternyata David sendiri yang ingin makan dengan suapan dari tangan Randa bahkan David yang sebersar itu tak mampu membalut luka gesekan kecil ditangan ketika ia terjatuh dan tentu saja Randa yang akan membalut lukanya.
Kini saat David telah menghilang dari hidupnya untuk selamanya, David pasti kesepian di sana, pikir Randa. Siapa yang akan menyuapinya nanti, siapa yang akan membalut lukanya ketika ia terluka, siapa yang akan menghapus air matanya ketika ia menangis. Air mata Randa semakin banyak tertumpah, tenggorokannya serasa kering karena terlalu lama menangis, dari rumah David sayup-sayup terdengar orang-orang yang turut berduka cita atas meninggalnya David. Rumah Randa dan David memang bersebelahan, terletak di desa dengan suasana sejuk yang tak pernah hilang dari lingkungan mereka. Kehidupan pertanian yang begitu tentram, tak pernah ada konflik berkelanjutan, semua dilakukan berdasarkan musyawarah warga. Namun, cuaca terang akhir-akhir ini berganti dengan mendung dan rintik-rintik hujan yang tak kunjung reda, semakin menyusutkan hati Randa dengan kepedihannya.
Seminggu berlalu baying-bayang David tak kunjung hilang dari kehidupan Randa, “Sebegitu beratkah melupankannya?” Tanya Qulmi teman Randa. Teman Randa sudah berusaha menghiburnya agar bisa melupakan David melalui lelucon-lelucon yang sangat menggelikan.  Namun, kenangan itu tak kunjung memudar. Sepulang sekolah Randa memberanikan diri untuk mengambil keputusan yang sulit. Dia meminta izin kepada orang tuanya untuk dipindahkan sekolah saja agar dia bisa mengobati pilu hatinya. Randa yang merupakan anak tunggal selalu mendapatkan apa pun yang ia inginkan walaupun dengan berat hati orang tuanya melepas kepergian Randa ke Bandung, baru pertama kali ini dia pergi jauh dari rumah sendirian. Namun, semua ketakutannya hilang ketika hatinya  teringat David, teringat dengan kemanjaannya, teringat dengan senyum lugunya.
Satu tahun berlalu Randa hamper menyelesaikan SMA-nya walaupun bertubuh mungil Randa adalah siswa terpandai diantara teman-teman sekelasnya dengan kepandaian itu dia berhasil mendapatkan beasiswa meneruskan studinya, kuliah dia Australia. Sungguh prestasi yang sangat membanggakan bagi orang tua Randa yang hanya orang desa. Satu tahun yang ia jalani sedikit memudarkan bayangan David dalam pikirannya. Rasanya waktu berjalan begitu cepat baru kemarin Randa pulang untuk memohon restu orang tuanya tetapi sekarang dia sudah duduk dibangku kuliah. Dia merasa risih hari ini, ada seorang cowok yang duduk di sebelahnya yang terus memandanginya, disaat seperti itu Randa teringat lagi akan David dan itu sangat menyakitkan. Sepulang kuliah Randa langsung bergegas pulang ke apartemennya dan berjalan cepat karena cowok yang tadi memandanginya masih terus mengikutinya. Randa gelisah karena ia belum mempunyai teman sama sekali, siapa yang akan membantunya jika terjadi hal buruk padanya, siapa yang akan mengabari orang tuanya di Indonesia jika terjadi hal yang tak diinginkan. Di tikungan menuju apartemennya cowok itu hilang dari pandangan mata Randa sejurus kemudian dia telah muncul dihadapannya dengan senyuman yang terkesan dibuat-buat. “Kau Randa dari Indonesia ya?” Randa kaget mendengar teman sekelasnya berbahasa Indonesia ditambah lagi dia mengtahui kalau Randa dari Indonesia dengan memberanikan diri Randa bertanya balik “Siapa kau?” Apa! Kau tak mengingat aku jawab cowok tadi. Sungguh sudah berubah, aku Dery, nda si tukang ngompol. Ingatan Randa langsung berputar kemasa lalunya. Dery adalah saudara David karena malu dijuluki si tukang ngompol dia melarikan diri ke Australia untuk belajar di Australia saja. Orang tua Dery memang orang yang berpengahasilan lebih maka tak  sulit menyekolahkan anaknya keluar negeri. Wajah Dery hanya sekitar lima belas centi ketika Randa sadar dari lamunannya. Apa yang kau lakukan Der?. Dery membalasnya dengan senyuman getir. Aku hanya memastikan kenapa wajahmu begitu terlihat tua kau tak semanis dulu, cara berpakaianmu juga tak serapi dulu, apa karena kepergian si David kau jadi seperti ini?. Pasti alasanmu kesini juga untuk melupakan David bukan?, bisakah kau mengajakku ke tempatmu untuk minum kopi sejenan, aku ingin bernostalgia tentang keadaan kampungku yang telah lama ku tinggalkan. Gelak tawa menyelimuti mereka berdua dengan tanpa sadar senja telah mulai beraksi matahari sudah menggantung di ufuk barat tak sabar ingin menyinari belahan bumi yang lain. Untuk sesaat Randa telah melupakan David dengan kedatangan Dery yang menemaninya. Dery berbeda dengan David, dia jauh lebih dewasa dan tahu bagaimana mengatur suasana hati.
Satu bulan berlalud telah membuat Randa dan David menjadi teman yang sangat akrab baik dalam kegiatan diskusi, pratikum, maupaun kehidupan sehari-hari, bahkan untuk makan malam atau sarapan mereka sering memasak bersama di apartemen Randa ataupun Dery. Dalam kesendirian  dery masih merasa ada yang mengganjal dalam hatinya dia masih belum melihat senyum Randa yang seperti dulu, apakah David memang begitu berarti bagi Randa sampai bayangannya pun tak mau pergi dari kehidupan Randa.
Hari ini, hari santai bagi Randa tak ada kuliah dan tugas-tugasnya telah ia selesaikan tadi malam. Dia ingin mengajak Dery untuk berjalan-jalan mengelilingi kota sambil membeli es krim di jalan yang dijual dengan harga terjangkau untuk para pejalan kaki. Ketika ingin menghubungi Dery ternyata sudah terlambat. Dery mengirim pesan bahwa dia akan pergi untuk satu bulan kedepan karena mengikuti dosen pembimbingnya, sungguh malang nasipnya. Akhirnya Randa memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri. Di depan apartemennya dia melihat ada sedikit keramaian dan ia sedikit mendekat melihat dari depan apartemennya. Rupanya ada orang pandah kisitu dan menjadi tetangga barunya, dia melamun lagi teringat kepindahannya kesini tanpa seorang pun yang mengantarnya. Sejurus kemudian ada sesosok cowok berdiri dihadapannya dengan menebar senyum nakal, tentu saja Randa kaget dengan hal itu. Hai nona manis! Sedan apa kau memandangiku dari tadi, pertanyaan yang menjengkelkan pikir Randa. Perkenalkan namaku Sandi dari Indonesia, aku yakin kamu juga orang Indonesia karena kemanisan wajah, warna kulit, tinggi tubuhmu adalah ciri khas orang Indonesia bukan Australia, aku pindah kesini karena keluargaku tinggal disini jadi aku putuskan untuk meninggalkan Indonesia dan tinggal disini, aku bisa menemanimu belajar jika kamu kesepian, jujur saja aku orangnya cukup pandai. STOOP!. Aku tak butuh penjelasan  dari orang yang ke-PD-an seperti dirimu, dasar orang aneh, dan Randa pergi meninggalkan Sandi. Hey nama kamu siapa gadis manis?. Tetapi Randa tak perduli dengan panggilan itu. Awal hari yang cukup menyebalkan pikirnya semakin menyebalkan ketika Randa tahu bahwa Sandi menjadi teman sekelasnya dan duduk disebelahnya tempat Dery semula.
Hari ini tiba-tiba saja Randa teringat David lagi, dia duduk termenung di sudut jendela ruang kuliahnya seusai jam kuliah berakhir tanpa sadar air matanya telah meleleh membasahi pipinya. Sandi mengulurkan sapu tangannya dan Randa menerimanya tanpa melihat Sandi yang telah memberikannya. Kenapa menangis di tempat seperti ini Randa kaget mengetahui bahwa Sandi yang telah memberinya sapu tangan, tanpa sempat berkata apa-apa Sandi sudah menarik tangan Randa dan mengajaknya ke suatu tempat. Tempat itu adalah jalur kereta api yang terletak di atas jembatan, Sandi menyuruh Randa berteriak di tempat itu sepuasnya hingga ia bisa merasa lega.
Satu bulan berlalu tak begitu membuat Randa kehilangan atas sibuknya Dery dengan kuliahnya karena Sandi yang dulunya menyebalkan malah sekarang menjadi begitu menyenangkan. Sandi tak pernah datang dengan raut wajah sedih tapi senyum selalu mengembang dimanapun dia berada hal itulah yang membuat Randa kembali tersenyum. Sandi selalu mengatakan hal-hal yang tak  pernah dipikirkan orang lain, mengajak Randa berkeliling kota dan beberapa kali menunjukkan  tempat indah yang tak pernah dikunjungi banyak orang. Keceriaan yang dibawa Sandi telah membuat Randa lupa akan David bahkan dia sudah bisa tertawa lepas dan tak menangis lagi. Tanpa mereka sadari pun ternyata sudah ada perasaan lebih dari teman dihati masing-masing namun tak ada yang mengungakapkannya, mungkin mereka punya alasan tersendiri untuk itu.
Hari ini jam kuliah  tidak begitu padat Randa dan Sandi sudah berada di tempat tongkrongan mereka di sebelah perpustakaan di bawah pohon yang rindang dan jarang orang menempatinya karena terlalu sepi. Tempat itu yang juga menjadi tempat Dery dan Randa bercanda sebelumnya. Mereka sedang sibuk dengan catatan masing-masing, sudah menjadi kebiasaan setelah jam kuliah selesai mereka mengulang membaca catatadn dan menambahkan catatan lagi di sani-sini. Tanpa sadar ternyata Dery sudah ada di belakang mereka. Sibuk sekali kalian?. Tentu saja Randa dan Sandi kaget karan konsentrasi mereka pecah begitu saja. Randa menoleh begitu saja ke Dery. Kau sudah kembali, kenapa pergi begitu saja, kau tak tahu kalau aku sudah punya banyak rencana denganmu minggu sesudah kau pergi, dasar kau Der!. Sudahlah Nda aku kan sudah mengirimkan Sandi untuk menjagamu. Sandi yang melihat percakapan mereka diam saja tak member respon. Randa kaget bahwa ternyata Sandi adalah teman Dery, mungkin itu jadi alasan mengapa Sandi tak berani mengungkapkan perasaannya atau mungkin dia juga punya alasan lain. Setiap hari pergi bersama-sama bertiga membuat Randa  tak kuat lagi menahan perasannya ke Sandi. Namun, disisi lain Dery setiap hari menceritakan ke Sandi betapa besar perasaannya untuk Randa walaupun sebenarnya Sandi juga mencintai Randa tapi dia dengan sepenuh hati merelakan Randa untuk Dery temannya selama ini.
Sampai suatu hari hati Randa hancur setelah kejadian di aparteman Sandi. Randa datang dengan membawa bunga ke tempat Sandi untuk mencoba mengatakan perasaannya, belum sampai ditempat Sandi hujan mengguyur seluruh tubuhnya sehingga ketika sampai di tempat Sandi tubuh dan bunganya basah kuyup semua. Perjuangan yang sungguh berat bagi seorang cewek. Sandi mempersilahkan Randa masuk dan segera memberikan handuk . Ketika sudah mulai pembicaraan tiba-tiba Randa melihat foto  terselip dalam majalah di atas meja. Foto Sandi dengan seorang cewek yang sedikit lebih dewasa dari pada dia. Tanpa basa-basi Randa langsung menanyakannya ke Sandi, siapa cewek yang ada difoto itu, dengan berat hati Sandi menjawab bahwa cewek itu adalah calon istrinya walaupun sebenarnya bukan. Sandi hanya ingin membuat Randa dan Dery saja yang menyatu tanpa perlu menghiraukan perasaannya karena Derylah yang pertama kenal Randa bukan Sandi. Petir menyambar begitu keras menambah kekalutan hati Randa. Setelah kejadian itu Sandi tak merubah penampilannya dia selalu ceria dan menebar senyum dimana-mana hanya Randa yang sedikit kecut perasaanya. Dery sudah berusaha beberapa kali menyatakan perasannya tapi selalu gagal karena keberaniannya belum cukup, Sandi sudah mendukungnya setiap hari bahkan memberikan berbagai tips tapi tetap Dery tak mampu.
Hari ini Dery mengajak jalan-jalan dengan maksud ingin mengungkapkan perasaannya nantinya. Dery membawa Randa ketempat yang cukup disenanginya ada pepohonan dimana-mana dan tanpa panjang lebar terucaplah semua yang ada dihati Dery. Randa mendengarkannya dengan penuh heran. Bagaimana jawabanmu Nda dari ucapanku tadi?. Dery yang selalu baik selama ini mana mungkin Randa bisa menolaknya. Randa menerima cintanya entah dengan sepenuh hati atau hanya pelarian atas cintanya yang tak sampai ke Sandi. Setelah itu Dery mengajak Randa untuk makan dan di sana meliha cewek yang pernah ia lihat fotonya di tempat Sandi. Cewek itu sedang bersama seorang cowok tapi bukan Sandi. Randa menghampirinya dan bertanya dimana Sandi karena sudah tiga hari dia tidak masuk kuliah. Cewek itu menjawab dengan muka masam. Sandi adalah orang baik, keceriaan tak pernah hilang dari wajahnya tapi tuhan berkehendak lain penyakit yang ada dalam tubuhnya sudah tak memberinya kesempatan lebih lama lagi. Serentak Randa dan Derdy kaget, Randa yang lebih terpukul atas berita itu. Pertama cewek itu bukan calon istri Sandi tetapi dokter yang selama ini merawatnya, ke dua Randa sekaang tahu kenapa Sandi begitu menghindar ketika Randa mencobaq mengatakan perasannya. Kini semua sudah terlambat Sandi sudah pergi untuk mencari dokter lain dan tak menitipkan pesan apa pun untuk Randa. Pikiran Randa kembali kemasa lalu ketika David orang yang ia sayang sebagai adik pergi meninggalkannya. Randa menjadi pemurung lagi dia terus bertanya-tanya dalam hantinya. Apakah dia memang ditakdirkan untuk sendiri, mengapa orang-orang yang mulai mengisi hatinya malah pergi dengan begitu saja, apakah Randa memang tak pantas memiliki orang yang benar-benar menyayanginya. Randa hanya ingin tahu bagaimana keadaan Sandi sekarang, apakah dia masih bisa bertahan melawan penyakit ganas itu atau kemungkinan terburuk yang terjadi?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar