Translate

Rabu, 24 Juli 2013

Instrumen Penelitian



PUNYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN
Penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk memecahkan suatu masalah atau menemukan sesuatu yang baru. Cara ilmiah di sini berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Dalam proses penelitian ilmiah akan diperoleh data-data yang akan diproses dan pada akhirnya diterjemahkan menjadi suatu hasil atau kesimpulan dari penelitian tersebut. Untuk mendapatkan data tersebut maka diperlukan suatu alat ukur/instrumen. Proses dalam menyusun alat ukur (instrumen) penelitian sangatlah penting karena instrumen tersebut menjadi pedoman untuk mengukur variabel-variabel penelitian.
LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN INSTRUMEN
1.      Mengindentifikasi variabel-variabel dalam rumusan judul penelitian
2.      Menjabarkan variabel tersebut menjadi sub variabel/dimensi
3.      Mencari indikator/ aspek setiap sub variabel
4.      Menderetkan deskriptor dari setiap indikator
5.      Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen
6.      Melengkapi instrumen dengan petunjuk pengisian dan kata pengantar.
Selain itu, dalam menyusun butir-butir instrumen pengumpulan data perlu juga diperhatikan:
1.      Pertimbangan dari peneliti: (1) mengenai variabel yang akan diungkap, (2) tersedianya tenaga, waktu, dana, dan mudahnya analisis, (3) teknik pengujian realibilitas yang akan dipilih.
2.      Pertimbangan dari responden: (1) pemahaman responden tentang item-item pernyataan/pertanyaan, (2) kesibukan responden, maksudnya menyangkut pekerjaan dikantor, nelayan,petani,dokter, dll.
Menurut Muljono (2002) menyatakan bahwa langkah punyusunan instrument penelitian adalah sebagai berikut:
Untuk memahami konsep penyusunan dan pengembangan instrumen, maka di bawah ini akan disajikan proses atau langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrument dilengkapi dengan bagan proses penyusunan item-item instrumen suatu penelitian. Secara garis besar langkah-langkah penyusunan dan pengembangan instrumen adalah sebagai berikut :
1.      Berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, kemudian dirumuskan konstruk dari variable tersebut. Konstruk pada dasarnya adalah bangun pengertian dari suatu konsep yang dirumuskan oleh peneliti.
2.      Berdasarkan konstruk tersebut dikembangkan dimensi dan indikator variable yang sesungguhnya telah tertuang secara eksplisit pada rumusan konstruk variabel pada langkah 1.
3.      Membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator.
4.      Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya dari rendah ke tinggi, dari negatif ke positif, dari otoriter ke demokratik, dari dependen ke independen, dan sebagainya.
5.      Menulis butir-butir instrumen yang dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Biasanya butir instrumen yang dibuat terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok butir positif dan kelompok butir negatif. Butir positif adalah pernyataan mengenai ciri atau keadaan, sikap atau persepsi yang positif atau mendekat ke kutub positif, sedang butir negatif adalah pernyataan mengenai ciri atau keadaan, persepsi atau sikap negatif atau mendekat ke kutub negatif.
6.      Butir-butir yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses validasi, baik validasi teoretik maupun validasi empirik.
7.      Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoretik, yaitu melalui pemeriksaan pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat dari konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator.
8.      Revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari pakar atau berdasarkan hasil panel.
9.      Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoretik atau secara konseptual, dilakukanlah penggandaan instrumen secara terbatas untuk keperluan ujicoba.
10.  Ujicoba instrumen di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui ujicoba tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji-coba yang mempunyai karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau respon dari sampel ujicoba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang dikembangkan.
11.  Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan kriteria baik criteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal, adalah instrumen itu sendiri sebagai suatu kesatuan yang dijadikan kriteria sedangkan criteria eksternal, adalah instrumen atau hasil ukur tertentu di luar instrumen yang dijadikan sebagai kriteria.
12.  Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid atau tidaknya sebuah butir atau sebuah perangkat instrumen. Jika kita menggunakan kriteria internal, yaitu skor total instrumen sebagai criteria maka keputusan pengujian adalah mengenai valid atau tidaknya butir instrument dan proses pengujiannya biasa disebut analisis butir. Dalam kasus lainnya, yakni jika kita menggunakan kriteria eksternal, yaitu instrumen atau ukuran lain di luar instrumen yang dibuat yang dijadikan kriteria maka keputusan pengujiannya adalah mengenai valid atau tidaknya perangkat instrumen sebagai suatu kesatuan.
13.  Untuk kriteria internal atau validitas internal, berdasarkan hasil analisis butir maka butir-butir yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki untuk diujicoba ulang, sedang butir-butir yang valid dirakit kembali menjadi sebuah perangkat instrumen untuk melihat kembali validitas kontennya berdasarkan kisi-kisi. Jika secara konten butir-butir yang valid tersebut dianggap valid atau memenuhi syarat, maka perangkat instrumen yang terakhir ini menjadi instrumen final yang akan digunakan untuk mengukur variabel penelitian kita.
14.  Selanjutnya dihitung koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas dengan rentangan nilai (0-1) adalah besaran yang menunjukkan kualitas atau konsistensi hasil ukur instrumen.Makin tinggi koefisien reliabilitas makin tinggi pula kualitas instrumen tersebut. Mengenai batas nilai koefisien reliabilitas yang dianggap layak tergantung pada presisi yang dikehendaki oleh suatu penelitian. Untuk itu kita dapat merujuk pendapat-pendapat yang sudah ada, karena secara eksak tidak ada tabel atau distribusi statistik mengenai angka reliabilitas yang dapat dijadikan rujukan.
15.  Perakitan butir-butir instrumen yang valid untuk dijadikan instrumen final.

Sudjana berpendapat bahwa instrumen penelitian merupakan alat yang dipakai untuk menjembatani antara subjek dan objek (secara substansial antara hal-hal teoritis dengan empiris, antara konsep dengan data), sejauh mana data mencerminkan konsep yang ingin diukur tergantung pada instrumen (yang subtansinya disusun berdasarkan penjabaran konsep/penentu indikator) yang dipergunakan untuk mengumpulkan data.
Menurut Sudjana, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan instrumen penelitian
1.      Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indikator variabel harus jelas dan spesifik sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang akan digunakan.
2.      Sumber data/informasi, baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika item dalam instrumen penelitian.
3.      Keterandalan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpulan data, baik dari keajegan, kesahihan maupun objektivitas.
4.      Jenis data yang diharapkan dari pneggunaan instrumen harus jelas, sehingga penelitia dapat memperkirakan cara analisis data guna pemecahan maslah penelitian.
5.      Mudah dan praktis digunakan, akan tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan.

Jenis instrumen secara umum yang dapat digunakan oleh peneliti:       
·         Tes merupakan suatau alat ukur yang diberikan pada individu (responden) untuk mendapat jawaban-jawaban, baik secara tertulis maupun lisan.
·         Kuesioner merupakan instrumen penelitian dalam bentuk pertanyaan yang biasanya dimaksudkan untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan pendapat, aspirasi, persepsi, keinginan, keyakinan, dan sebagainya secara tertulis.
·         Interview
Interview atau wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Ditinjau dari pelaksanaannya interview dibedakan atas:
a.    Interview bebas, di mana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang alkan dikumpulkan.
b.   Interview terpimpin yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci.
c.    Interview bebas terpimpin yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin.
·         Skala merupakan alat untuk mengukur nilai/keyakinan, sikap dan hal-hal yang berkaitan dengan personological Variable, instrumen bentuk skala biasanya disusun dalam bentuk pernyataan pada suatu kontinum nilai tertentu, umumnya bentuk skala dipakai utnuk mengukur sikap (skala sikap), atau skala lainnya (tergantung pada konsep yang ingin diukur sesuai dengan fokus/masalah penelitian).
·         Observasi
Observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat indra.
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara:
1.      Observsi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan.
2.      Observasi sistematis, observasi yang dilakuakn oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.
·         Dokumentasi
Berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti, buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dsb.
Kriteria Instrumen
1.      Validitas
Validitas merupakan kesahihan yang menunjukkan pada kemampuan suatu instrumen (alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur.
Kemeth Bailey mengelompokkan tiga jenis utama validitas, yaitu:
·         Validitas rupa (Face Validity), merupakan validitas yang menunjukkan apakah alat pengukur/instrumen penelitian dari segi rupanya tampak mengukur apa yang ingin diukur. Validitas ini mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen
·         Validitas isi (Content Validity), berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur  isi (konsep) yang harus diukur. Validitas ini berkaitan dengan proses analisis logis yang sistematis.
·         Validitas kriteria (Criterion validity), merupakan validasi suatu instruman dengan membandingkannnya dengan instrumen-pengukuran lainnya yang sudah valid dan reliabel dengan cara mengorelasikannya, bila korelasinya signifikan maka instrumen tersebut mempunyai validitas kriteria.
·         Validitas konstruk (Construct Validity) merupakan validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengerian suatu konsep yang diukurnya.

2.      Reliabilitas
Reliabilitas berarti keajegan, suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut dipergunakan secara berulang memberikan hasil ukur yang sama. Cara untuk menilai atau menghitung reliabilitas suatu instrumen adalah sebagai berikut.
·         Teori pengujian klasik.
Menurut model ini skor/nilai hasil observasi terdiri dari dua komponen yaitu komponen nilai yang benar ditambah kekeliruan acak. Pengukuran yang reliabel adalah pengukuran yagn mempunyai tingkat kesalahan nol.
·         Test-retest (Repeated measure)
Pengukuran ulang dimaksudkan untuk melihat konsistensi dari waktu kewaktu. Cara pelaksanaannya adalah dengan meminta responden untuk menjawab pertanyaan atau merespon pernyataan yang sama sebanyak dua kali sesudah selang waktu tertentu.
·         Metode paralel (Alternative Method)
Cara ini dilakukan dengan memberikan dua bentuk pengukuran yang identik (dalam anti sejajar) kepada responden yang sama secara serempak. Dua pengukuran identik bermakna bahwa dua instrumen  pengukuran tersebut dimaksudkan untuk mengukur konstruk yang sama namun dengan item-item pertanyaan/pernyataan yang berbeda.
·         Pendekatan konsistensi internal
Pendekatan konsistensi internal merupakan satu cara untuk mengurangi kesulitan yang diakibatkan oleh dua perlakuan atau dua bentuk pengukuran seperti dalam metode test-retest dan metode paralel.

Beberapa cara untuk melakukan perhitungan reliabilitas, antara lain:
1.      Teknik Belah Dua (Split-half method)
Cara ini hanya dapat dikenakan pada instrumen pengukuran dengan jumlah item genap (pengelompokan dilakukan pada item-item yang valid).
2.      Formulan Rulon
Cara ini berlaku pada pengelompokan seperti teknik belah dua, namun estimasi reliabilitas tidak didasarkan pada perhitungan korelasi tetapi pada varians perbedaan skor dengan varians total.
3.      Formula Flanagan
Formula flanagan merupakan estimasi nilai/angka reliabilitas yang tidak mengacu pada perhitungan korelasi, tetapi sama seperti formula Rulon yang mengacu pada veriansi tiap-tiap kelompok hasil belah dua, bedanya dalam formula ini ada nilai kosntanta 2 serta varians kelompok dijumlahkan dan bukan varians beda.
4.      Formula K-R 21 (Kuder Richardson)
Formula K-R merupakan prosedur pencarian nilai reliabilitas dengan tidak mensyaratkan pembelahan item ke dalam dua kolompok, sehingga bisa diterapkan pada instrumen yang jumlah itemnya tidak genap.
5.      Rumus Alpha (Cronbach)
Formula alpha merupakan prosedur pencarian nilai reliabilitas dengan tidak mensyaratkan pembelahan item ke dalam dua kelompok (meski bisa juga diterapkan pada teknik belah dua), sehingga bisa diterapkan pada instrumen yang jumlah itemnya tidak genap.
RUJUKAN
Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. BANDUNG: PT Refika Aditama.
Takdir, Tata. 2010. Penyusunan Instrumen Penelitian, (Online), (http://www. teknik-penyusunan-instrumen-penelitian.html, diakses 16 Oktober 2012).
Arikunto. Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. JAKARTA: RONEKA CIPTA.




































PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN

Tugas Kelompok
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Dasar-Dasar Penelitian
yang dibina oleh Bpk. Suyono



Oleh :
Evi Dana Setia Ningrum
Faizhia Fulfa
Sofiatun








Tidak ada komentar:

Posting Komentar