Translate

Minggu, 21 Juli 2013

cerpen


MATINYA HIDUP, HIDUPNYA MATI

Sayapnya mengepak lagi seperti biasa, burung merpati di depan rumah yang setiap hari hanya bisa kupandangi kemanakah nanti setelah kita mati. Aku berpikir kalau nanti aku akan dijemput malaikat maut dan langsung diantar kesurga tapi ternyata katanya ada malaikat penjaga kubur. Apakah berarti aku tidak langsung kesurga tapi hidup di alam kubur dulu lalu kemana perginya rokib dan atit setelah aku mati apakah mereka berdua juga akan mati bersamaku lalu apa yang dikerjakan malaikat penjaga kubur terhadapku ketika aku sudah mati
Waktu aku belajar mengaji di mushola, pak ustadz yang mengajariku ngaji pernah berkata “ada hal-hal yang tak bisa kita jangku oleh sekedar otak kita” aku tak sepenuhnya memahami apa makna kalimat itu aku hanya mengingatnya karena kalimatnya terdengar merdu dan enak untuk diucapkan.
Manusia dilahirkan, menjalani kehidupan, menghadapi cobaan, menyelesaikan masalah, menjadi dewasa, tua, dan mati. Namun tak semua menjalani itu ada yang masih bayi lansung mati, remaja mati, dewasa mati, atau lainnya.
‘hidup’
Apakah kata itu mempunyai arti, hakikat yang sebenarnya. Hidup adalah ...
yang telah aku yakini ialah titik-titik itu memiliki banyak isi, memang terlihat sederhana bagaimana hidup itu diartikan tapi aku yakin setiap orang tak mengartikan sama dalam hal apa pun, jika ternyata sama maka jalan yang tertempuh atau ditempuh akan menjadi berbeda.
Hidup adalah hidup itu sendiri
Lalu bagimu apa? Bagiku yang bisa memahami hakikat hidup yang mampu memahami dan mengerti makna hidup itu adalah hidup itu sendiri. Bila ternyata ada kata lain yang dapat mewakilinya mungkin hanya meniru dan mengartikan lain tak bisa sama pas dengan hidup itu sendiri.
Aku terbangun dari lamunanku saat terdengar suara jam beker memanggil meneriakkan bunyinya sendiri. Sudah waktunya sarapan dan setelah itu aku akan berangkat menjalani rutinitas yang harus aku lakukan. Aku lebih suka berjalan kaki daripada menaiki mobil mewah berplat merah karena berjalan bisa memberiku banyak inspirasi.
Hari ini hari ke-15 bulan ke 5 masih tetap di abad XX. Sepasang merpati mulai bertengger ditiang listrik samping jalan yang setiap hari kulewati, dimana kiranya orang tua mereka aku hanya selintas saja berpikir tentang hal itu. Matahari hari ini cukup malas membuka matanya bahkan dia hanya cemberut tak mengibarkan sayapnya seperti biasanya. Aku berhenti karena lampu merah
Orang tua itu masih ditempat biasanya melakukan hal yang sama denganku rutinitas. Pagi-pagi sekali dia bangun tanpa perlu membasuh muka karena langit atap rumahnya dan bumi lantainya, air hujan adalah kamar mandinya aku sempat tertawa geli ketika membayangkan bagaimana dia akan buang air kecil ataupun besar tapi aku tak menertawakannya karena jika tertawa aku berarti menertawakan diriku sendiri.
Garis-garis yang terlukis dalam kulitnya adalah bukti nyata bahwa manusai bisa berubah tanpa kita ketahui tapi usaha juga menentukan kearah mana perubahan kita. Seratus meter lagi  aku akan sampai ketempat kerjaku tempat dimana orang-orang mendapatkan uang dengan menjual tenaga dan pikirannya. Bayangkan bagaiman manusia saling menjual dan saling membeli tapi kenapa saat seorang menjual kelaminnya malah menjadi hal yang tabu aku sempat berpikir untuk melakukan itu karena ternyata ada hukum yang mengaturnya tapi pribadi lainku menolak bahwa memang dinegara ini semua berdasarkan hukum walau itu tak selamanya bisa ditegakkan.
Aku hanya terdiam di meja kerjaku seakan hari ini aku semalas mentari yang juga malas tersenyum. Pimpinanku menghampiriku dan menayakan kemuraman diwajahku sebelum aku sempat mejawab dia sudah melumat bibirku dan meremas payudaraku, aku hanya diam karena aku benar-benar malas untuk melakukan apapun. Dia melepaskanku karena tahu aku tak meresponnya. Tanpa banyak bicara dia mengajakku keluar. Dinda resto ini adalah tempat favoritnya entah apa yang laki-laki pikirkan ketika melihat wanita yang  ia cintai muram kenapa malah diajak makan apakah memang semua wanita menginginkan hal itu kurasa tidak.
“hari ini kita tidak akan ketempat kerja aku ingin mengajakmu menikmati udara segar” aku tak sepenuhnya memahami maksudnya tapi biarlah aku memang sedang tak ingin bekerja. Selesai makan dia mengajakku ke butik saudaranya tak banyak yang ingin kulakukan dia membelikanku baju untuk kupergunakan nanti malam katanya. Aku lebih tidak tahu apa yang ia katakan.
Seharian ini aku tak begitu sadar dengan apa yang aku kerjakan entah apa yang membuatku demikian yang aku tahu sekarang sudah jam 7 malam masih dihari yang sama aku berada di villa puncak yang udaranya begitu dingin sehingga dinginnya membuat kau ingin meminum air yang mendidih.
Mengapa lelaki malah mengajak wanita kebukit saat hatinya sedang tak bersuasana. Apa sebenarnya yang dipikirkan oleh laki-laki?
Pagi sekali aku sudah terbangun. Aku menemui tubuhku terbungkus selimut tanpa sehelai pakaianpun yang menutupi. Tidur satu ranjang berdua. Tak banyak yang ku ingat, yang aku ingat semalam ketika aku selesai makan malam bersamanya tubuhku begitu dingin dan kepalaku terasa pusing dia mencium bibirku sampai aku terasa panas yang ku ingat aku memberikan respon dan dia menaikkan tubuhku diatas ranjang ini setelah melepas semua pakaianku. Aku lupa apa yang telah aku lakukan. samar ku ingat aku merasakan perih dan selangkanganku terasa linu. Samar ku ingat aku merasakan nikmat yang tak tertandingi. Aku tak ingat bagaimana yang terjadi sebenarnya. Apa yang terjadi pada otak manusia sesaat begitu agung dan sesaat menjadi hina. Dia tahu aku bangun dan masih melamun dia tak berkata apa-apa tapi dia mulai merabaiku melakukan hal yang sama dengan semalam yang ia lakukan yang hanya samar-samar saja kuingat
“aku menginginkan ini setiap saat bersamau” itu yang ia katakan. Dia melakukannya denga lembut sampai aku tak sadar bahwa akulah yang tak melepaskannya aku tak sadar bahwa ini telah berlangsung lama karena ternyata tak terasa.
Untuk inikah aku hidup?
Lalu bagaimana dengan matiku?
Untuk apakah matiku?
Dan dirimu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar