Aku Di sini, Kau Dirimu, Kau Di sana, Dan Dirinya
Oleh: Ninis Sofie
Hari ini dimanakah bisa aku bertanya
kemana angin membawa rinduku. Ketika lawanmu ‘siang’! telah merabai hati
kesendirian yang terkata sepi telah membalut erat tak lepas begitu saja.
Aku bahkan telah berjanji untuk tidak
terus bersandiwara dalam kesandiwaraanku tapi itu tetap saja terjadi
Ketika aku bertanya apakah memang
sudah semestinya. Tak pernah kudapat jawab yang menopang tanyaku hanya tali
jawaban yang terus menyeretku kelembah pertanyaan tak terjawab. Begitulah
sekarang.
Hari itu waktu aku masih bisa melihat
pembuat bayangmu aku juga bisa melihat senyummu tapi ketika hanya tinggal
bayang kenapa senyum itu tetap tak mau pergi, kurasakan aneh yang merabai.
Ku coba ukir sedikit tawa dengan
suasana yang tak lagi sama, mencoba untuk tak menaruhmu dalam hati dan otakku
agar tak lagi teringat sebagai kenangan karena “Kenangan itu kadang-kadang bisa muncul kembali
sekali saja dalam seumur hidup, terkenang sekali lantas tiada pernah datang
kembali” ,,,, ”Mengherankan bahwa kenangan seringkali terpendam begitu lama dan
muncul begitu saja tanpa ada sebab yang harus menghubungkannya”.
Lalu
dimanakah akan kutanyakan jawab yang tak lagi bertali?
Aku
mencoba untuk membicarakanmu sekarang
Kau
ajarkan aku bahasa kasih sayang dengan sudut pandang yang tak pernah orang tahu
dan melihatnya
Kau
memberi warna buram pada pelangi yang semua orang mengaguminya. Entah apa yang
sebenarnya kau pikirkan. Kau memaksaku memikirkan hal yang sama, memaksaku
melakukan hal yang sama padahal kita berbeda kita tak pernah sama walaupun
dalam hal cinta.
Kau
ajarkan aku arti dari sebuah makna yang tak dimaknai oleh makna itu sendiri.
Ketika aku bertanya, aku sudah mengira akan tetap ada tali yang akan terus
menyeretku. Tapi lain hal dengan jawabmu
Kau
tak lagi memberi tali tapi kau mengubangi jurang dan melepas taliku untuk
kemudian menerjunkanku dengan kedalaman jurang yang kau sendiri tak memahami
dalamnya
Ketika
tanpa sadar aku sudah menjurang
bahkan lebih dalam dari relung setiap orang, kau mencoba mengujiku dengan
meninggalkan jejak setapak saja
Ternyata
tak banyak beda bahwa pertanyaan jawab akan terus membawa tali walau itu tak
secara langsung
“Ya
Tuhan”
Ampuni
dosa besarku telah mencoba untuk lari dari-Mu.
‘gila’
Tapi
kataku ini ukiran dariku
Sekarang
giliran-Mu kau ukir juga kanvasku untuk diriku
Walaupun
terkadang tidak terlalu berimbang antara hitam dan putih tapi tetap harus
berjalan keduanya.
Hari
ini masih ku ceritakan kau
Kau
mencoba bicara untuk tak membangun emosi didadaku, secara pelan dan berlahan
agar aku tetap memikirkan dirimu yang hanya bayang yang masih ada disampingku.
Kau berhasil dan aku terkalahkan oleh kata yang terdengar sebagai suara sebagai
wakilmu untukku.
Kau,
aku, dan dirinya atau mungkin ada mereka yang aku tak pernah tahu karena
terlalu jauh waktu yang terjalin memisahkan antara ragaku dan ragamu tapi tak
pernah untuk jiwa kita.
Dirinya
kah yang kini sedikit akan menjadi larik dalam ceritaku. Bahkan ternyata kau
hanya ingin sementara dengan dirinya tanpa nomer satu tetap aku duduki sebagai
jabatan utama dalam relungmu.
“Cukup”
Sekarang
hanya aku dan kau
Aku
masih disini, sesungguhnyakah bahwa malam itu gelap. Kenapa aku tetap melihat
bayangmu meski dalam gelap, aku tahu aku masih dalam sadar walau terkadang
hanya bisa diam
Kau
masih disana, sesungguhnyakah bahwa siang itu terang. kenapa kau tak mencoba
memahami aku yang menantimu disini untuk mengolahkan menjadi lebih positif
sebagai sudut pandang.
Sekarang
kau ku artikan dirimu yang sedari tadi terus memandangku walau hanya dalam kata
Kau
artikan sebegitu berat perjalanan karena terlau dipikirkan
Cobalah
untuk melintaskan saja dan kemudian lakukan, akan lebih banyak positif daripada
negatif sebagai aliran listrik dalam darahmu
Apakah
kau mengerjipkan matamu
Aku
ragu kau tak melakukannya
Aku
bahkan sudah tak memahami dirimu yang kucoba untuk ceritakan.
Kau
sebagai dirimu ataupun kau yang disana bukan aku yang disini dan bukan dirinya
yang bersama kau disana tak pernah mereka yang ditempat mereka sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar