PENGGANTI
RATU PANTAI SELATAN
Oleh: Ninis Sofie
Oleh: Ninis Sofie
Tokoh
1. Raja
2. Istri 1
3. Istri 2
4. Istri 3
5. Istri 4
6. Dewi Kadita
7. Anak laki-laki istri 2
8. Anak perempuan istri 2
9. Patih
10. Tabib
11. Pengawal
Dipanggung ada kursi singgasana
raja, posisinya terletak agak pojok kanan panggung bagian belakang ditutup kain putih
(masih ada ruangan dibelakang kain putih) yang nantinya akan berfungsi
memberikan siluet pada babak tertentu.
Babak 1
Raja : (raja duduk di kursi dengan wajah
berseri-seri ditemani salah satu istri (1) raja) “Istri-istriku kemarilah,
ada yang ingin aku sampaikan kepada kalian semua”
Istri 2,3,4 :
“ada apa paduka?” (memasuki panggung dan
langsung mengambil posisi sama dengan isiteri 1)
Istri 3 :
“ada berita apakah paduka, sehingga kami dikumpulkan menjadi satu seperti ini?”
Istri 2 :
“kalau firasat saya tidak salah adakah paduka ingin menikah lagi?”
Istri 4 :
“adakah seperti itu paduka?”
Raja :
“hahaha,,, tidak demikian para istriku, aku sengaja mengumpulkan kalian di sini
karena ada berita bahagia yang sedang melanda kerajaan kita”
Istri 2 :
“berita apakah gerangan paduka?”
Raja :
“aku akan segera memiliki keturunan dari istri pertama ku”
Istri 2 :
(kaget dan menjadi bermuka sinis terhadap
istri 1)
Istri 4 :
“benarkah demikian raja?”
Raja :
“iya, aku tadi telah mendengar berita dari tabib yang telah memeriksa istri ku
yang pertama, ia telah mengandung, sudah dua bulan dan aku sangat gembira
sekali”
Istri 1 :
“semoga berita ini menjadi keberuntungan bagi kita semua paduka, terutama bagi
para rakyat kita”
Raja :
“tentu saja istriku, dan tentunya untuk kalian semua kan istri-istriku” (sambil memandang istri 2,3,4 bergantian)
Istri 2,3 :
“tentu saja paduka”
(melihat istri 4 tidak menjawab raja
mendekatinya)
Raja :
“ada apakah gerangan istriku kenapa kau begitu terlihat bersedih?”
Istri 4 :
“tidak apa-apa paduka, saya hanya merasa senang dengan berita ini, saya
bersedih karena saya tidak bisa membahagiakan paduka seperti yang telah
dilakukan oleh istri pertama paduka”
Istri 1 :
“jangan berpikir begitu, suatu saat pasti ada waktunya sendiri”
Raja :
“yakinlah istriku (sambil memegang tangan
istri 4) bagaimana pun keadaanmu aku adalah raja dan suami kalian aku akan
selalu melindungi kalian, sudah
janganlah bersedih”
Istri 4 :
“iya paduka”
Raja :
“bukankah seharusnya kita merayakan kabar bahagia ini dan segera mengumumkannya
kepada seluruh penghuni kerajaan dan rakyat kita?”
Istri 2 :
“saya akan segera menyiapkan perayaannya paduka, saya mohon diri terlebih dulu”
Istri 3,4 :
“saya akan membantu”
Istri 1 :
“saya akan sangat senang bisa bekerja bersama”
Raja :
“saya sangat bangga kepada kalian semua, baiklah segeralah persiapkan pesta
ini, ingat jangan kerjakan sendiri, di istana ini banyak pembantu yang bisa
membantu kalian mempersiapkan jangan sampai istri-istriku terlalu banyak
bekerja dan lelah, kalian harus bisa memposisikan diri”
Istri 1,2,3,4 :
“baik paduka”
Raja :
“ya sudah, segeralah persiapkan pestanya, sementara aku akan mengumumkan berita
ini kepada seluruh rakyat”
(para istri meninggalkan panggung,
raja tetap dipanggung)
Raja :
(berbicara kepada diri sendiri)
“perasaan apa yang sedang melanda batinku ini, aku akan segera memiliki
keturunan yang akan memimpin kerajaan ku ini, dan aku bisa segera beristirahat
dengan tenang, tetapi kenapa? Sepertinya ada yang mengganjal dalam batinku?,
apa aku terlalu senang dengan keadaan ini?ah,, sudah lah mungkin cuma terlalu
khawatir dengan istriku yang pertama, mungkin aku takut kalau kandungannya
tidak dijaga dengan baik maka akan memberikan dampak buruk terhadap keturunanku.
Sudahlah aku akan segera mempunyai keturunan apa lagi yang aku risaukan.”
(patih kerajaan memasuki panggung)
Patih :
“adakah padukan memanggil saya”
Raja :
(raja terkaget dari lamunannya) “ah,
kamu sudah datang ternyata”
Patih :
“ada perintah apakah raja sehingga raja memanggil saya, sepertinya raja begitu
gelisah”
Raja :
“kamu salah tafsir patih”
Patih :
“maafkan kelancangan hamba paduka”
Raja :
“sudahlah tidak apa-apa, aku memanggilmu kemari karena ada kabar bahagia yang
ingin aku sampaikan kepadamu dan kamu harus menyampaikannya kepada seluruh penghuni
istana dan seluruh rakyatku”
Patih :
“kabar apakah gerangan paduka?”
Raja :
“istriku yang pertama tengah mengandung, dan kau tahu? Aku aka segera memiliki
keturunan”
Patih :
“sungguh menggembirakan kabar ini paduka, hamba akan segara menyebarkan berita
ini”
Raja :
“iya lakukan segera”
Patih :
“hamba yakin semua akan merasa senang mendengar berita ini, hamba mohon diri
paduka, hamba sudah tidak sabar ingin menyebarkan kabar ini”
Raja :
“iya lakukan patih”
Patih :
“hamba mohon diri paduka” (meninggalkan
panggung)
Raja :
“rakyat akan segera tahu kebahagiaan yang aku rasakan, ah kenapa pikiranku
selalu teringat istriku yang pertama, mungkin aku perlu melihatnya” (keluar panggung)
(dilain sisi)
Istri 2 :
(berbicara kepada istri 3,4, istri 1
tidak ada) “adakah kalian merasakan apa yang aku rasakan?”
Istri 4 :
“tentu saja saudaraku, aku sangat merasa sedih karena belum bisa memberikan
raja keturunan”
Istri 3 :
“iya”
Istri 2 :
“bukan itu yang aku maksud”
Istri 3,4 :
“lalu apa?”
Istri 2 :
“kenapa kalian tidak sadar juga, kapan terakhir kali padukan menyentuh kalian?
Istri 4 :
“sudah beberapa hari yang lalu”
Istri 2 :
“jarang kan menyentuh kalian? yang padukan perdulikan hanya istrinya yang
pertama, jadi wajar kalau kita tidak segera memiliki keturunan, kenapa kau
menyalahkan dirimu sendiri dan bersedih karena tidak memberika paduka
keturunan, kalian tahu paduka memang tidak pernah menganggap keberadaan kita,
paduka sengaja jarang datang kekamar kita karena hanya ingin memiliki keturunan
dari istrinya yang pertama saja”
Isrtri 4 :
“jangan demikian saudaraku, paduka tahu apa yang harus ia perbuat mungkin
paduka memang sudah memiliki waktunya sendiri untuk diri kita masing-masing,
bukankah kita seharusnya senang dengan kebahagiaan yang tengah dirasakan
paduka”
Istri 3 :
“iya”
Istri 2 :
“kalian ini tolol banget, kalau sampai bayi itu lahir, maka paduka akan
bertambah mengacuhkan kita, bisa-bisa ia akan menendang kita dari istana ini”
Istri 3 :
“apakah benar demikian saudaraku”
Istri 4 :
“paduka tidak akan melakukan hal sekejam itu saudaraku”
Istri 3 :
“iya”
Istri 2 :
“kalau memang paduka tidak melakukannya maka istrinya yang pertama akan
melakukannya”
Istri 4 :
“jangan berburuk sangka seperti itu saudaraku”
Istri 2 :
“ahhh,,, terserah kalian saja, suatu saat nanti kalian akan tahu kalau kita
sengaja dijauhi paduka”
Istri 3 :
“lalu kita harus bagaimana supaya paduka tidak menjauhi kita?”
Istri 2 :
“pertanyaan bagus, tapi aku juga belum tahu jawabannya”
Istri 4 :
“sudahlah, sebaiknya kita ikut berbahagia dengan kebahagiaan paduka, ayo kita
bantu mempersiapkan pestanya”
(hari itu seluruh kerajaan berpesta dengan
kabar bahagia itu, tidak hanya orang-orang dalam istana, para rakyat pun
bersuka cita menyambut keturunan sang raja)
Babak 2
Raja
tengah duduk dikursi singgasananya, tengah gelisah menunggu tabib memeriksa
keadaan istri pertamanya yang usia kandungannya sudah sembilan bulan tapi tak
kunjung melahirkan)
Raja :
“istri-istriku”
(tidak ada yang datang)
Raja :
“kemana meraka ini, istri-istriku”
Istri 3,4 :
“iya paduka”
Raja :
“dari mana kalian, kenapa tidak segera datang ketika aku memanggil”
Istri 4 :
“maafkan kami paduka, kami ...”
Raja :
“ah,, sudah lah, kemana istriku yang ke dua?”
Istri 3 :
“kami kurang tahu paduka”
Raja :
“ya sudah tak apa”
Istri 4 :
“ada apakah paduka, sehingga paduka memanggil kami?”
Raja :
“aku ingin kalian menemaniku, aku sangat khawatir sekali dengan kandungan istri
pertamaku, dari tadi tabib tidak keluar-keluar”
Istri 4 :
“sepertinya tabib baru saja memeriksa istri pertama paduka, paduka mungkin
terlalu gelisah sehingga merasa sangat lama”
Istri 3 :
“paduka tenang saja, semua pasti akan baik-baik saja paduka”
Raja :
“iya, terima kasih kalian sudah menemaniku”
(tabib memasuki panggung, baru saja
selesai memeriksa kandungan istri 1)
Raja :
“ah, itu tabib sudah keluar, bagaimana keadaanya tabib”
Tabib :
“istri paduka baik-baik saja, tidak ada hal-hal yang perlu paduka khawatirkan”
Raja :
“keturunanku bagaimana?”
Tabib :
“kandungan istri padukan sehat sekali mungkin dalam waktu dekat beliau akan
melahirkan”
Raja :
“benarkah tabib, lalu apa yang harus saya lakukan, apa yang harus saya
persiapkan untuk menyambut kelahiran keturunanku, adakah tabib bisa memberitahu
saya?”
Tabib :
“paduka tidak perlu membingungkan masalah itu, paduka istirahat saja karena
paduka bukan hanya seorang suami tapi paduka juga merupakan raja dari semua
rakyat kerajaan ini, paduka juga harus memperhatikan rakyat paduka”
Raja :
“terima kasih tabib atas nasihatmu, besok kau harus datang lagi karena aku
ingin istriku kau rawat setiap hari”
Tabib :
“baiklah paduka, besok hamba pasti akan datang lagi, sekarang hamba mohon diri
dulu paduka”
Raja :
“iya, berhati-hatilah”
Istri 4 :
“sudahlah paduka, saya akan membantu paduka menjaga isrti pertama paduka,
sesama istri paduka bukankah kami harus saling menjaga?”
Raja :
“iya, aku akan senang jika kau membantuku”
Istri 4 :
“tentu saja dengan istri ke dua dan ke tiga, iya kan saudaraku?” (bertanya kepada istri 3)
Istri 3 :
“eh,,, emm,,”
Istri 4 :
“kenapa”
Istri 3 :
“tidak apa-apa, iya tentu saja saya akan membantu degan senang hati”
Raja :
“saya akan menengok istri pertama dulu” (keluar
panggung)
Istri 4 :
“iya paduka silakan”
(istri 3,4 tetap di panggung)
Istri 4 :
“ada apakah saudaraku kenapa kau seperti terlihat cemas?”
Istri 3 :
“aku takut kalau apa yang dikatakan saudara kita istri kedua paduka benar”
Istri 4 :
“maksud kamu, kalau kita akan diusir dari istana?”
Istri 3 :
“iya”
Istri 4 :
“sudahlah percayalah padaku itu tidak akan terjadi”
Babak 3
Putri raja dari istri pertamanya bernama Dewi
Kadita, ia sudah beranjak remaja, sang ibu istri pertama raja meninggal ketika
melahirkan Dewi Kadita.
Dewi Kadita :
“ayahanda adakah ayahanda kecewa dengan keberadaan saya”
Raja :
“kenapa engkau bertanya demikian anakku?”
Dewi Kadita :
“ayahanda tentu saja menginkan keturunan laki-laki, bukan perempuan seperti
saya”
Raja :
“jangan bicara seperti itu, apapun keturunan yang saya dapatkan saya akan
menerimannya dengan suka cita”
Dewi Kadita :
“lalu bagaimana dengan pewaris tahta ayahanda kelak”
Raja :
“sudah, jangan kau pikirkan masih ada banyak waktu untuk memikirkan itu, istri
kedua juga sedang hamil saya harus juga menjaganya, jangan khawatir anakku,
ayah tidak akan membeda-bedakan siapa keturunanku, ayaha akan berlaku
seadil-adilnya”
Dewi Kadita : “terima
kasih ayahanda, saya ingin meminta izin ayahanda”
Raja :
“izin apa itu anakku”
Dewi Kadita :
“saya ingin berjalan-jalan keluar istana ayahanda, saya ingin merasakan
kehidupan rakyat diluar saja”
Raja :
“itu berbahaya anakku”
Dewi Kadita :
“ayahanda boleh memerintah pengawal untuk mengawasi saya, tapi saya ingin
diawasi dari jauh saja, saya ingin bergumul dengan rakyat ayahanda”
Raja :
“baiklah jika itu keinginanmu, tapi kamu harus berjanji untuk menjaga diri, dan
jangan membahayakan dirimu sendiri, jika ada yang mencurigakan disekitarmu kamu
harus segera memanggil pengawal”
Dewi Kadita :
“baik ayahanda, segera laksanakan” (dengan
berlagak gaya patih saat hormat)
Raja :
“kamu ini bisa saja”
Dewi Kadita :
“saya pergi dulu ya ayahanda”
Raja :
“iya”
(dilain
sisi sudah 9 bulan usia kandungan istri 2 dan dia bingung dengan sendirinya)
Istri 2 :
(berbicara kepada diri sendiri) “apa
yang harus saya perbuat agar Dewi Kadita bisa diusir dari istana ini, dan
nantinya keturunankulah yang akan menjadi satu-satunya pewaris kerajaan, apa ya
yang harus aku lakukan??” (mondar-mandir)
Raja :
“istriku dimana kamu?” (raja memasuki
panggung)
Istri 2 :
“aduuhh,,, raja,, aduuuhh,,”
Raja :
“ada apakah istriku”
Istri 2 :
“sepertinya saya mau melahirkan raja”
Raja :
“pengawaaaaal... “
Pengawal :
“ada paduka”
Raja :
“segera panggilkan tabib”
Pengawal :
“baik paduka”
(hari
itu juga istri 2 melahirkan bayi laki-laki, betapa bahagianya raja)
Raja :
“terima kasih istriku kau telah memberiku keturunan laki-laki”
Istri 2 :
“lalu bagaiman dengan Dewi Kadita paduka”
Raja :
“kenapa? Apakah ada yang salah dengan dia”
Istri 2 :
“tidak ada paduka”
Raja :
“saya akan menjaga keturunanku dengan baik dan akan berlaku seadil-adilnya”
Istri 2 :
“iya paduka”
(istri
2 tetap saja tidak tenang dengan keberadaan Dewi Kadita, ia berpikir akan lebih
baik jika Dewi Kadita diusir dari istana agar kelak anaknyalah satu-satunya
pewaris dari kerajaan)
Malam itu istri 2 tengah menjalankan siasat
buruknya untuk mengeluarkan Dewi Kadita dari istana, ia telah memerintahkan
seorang dukun untuk mengubah kecantikan Dewi Kadita menjadi seorang yang sangat
buruk rupa dengan penyakit kulit disekujur tubunya.
Raja :
“anakku ada apa dengan tubuhmu?
Dewi Kadita :
“tidak tahu paduka, ketika bangun tidur tubuhku menjadi seperti ini”
Istri 2 :
“paduka janga menyentuhnya”
Raja :
“tapi dia anakku”
Istri 3 :
“belum pernah ada kejadian seperti ini di dalam istana, semenjak istri pertama
paduka meninggal”
Raja :
“apa yang harus saya lakukan”
Istri 4 :
“kita perlu memanggil tabib paduka”
Istri 2 :
“kalau kau memanggil tabib maka kewibaan paduka akan tercoreng”
Istri 3 :
“kenap bisa seperti itu”
Istri 2 :
“rakyat akan bertanya-tanya bagaimana bisa anak seorang raja menderita penyakit
yang sangat menjijikkan, mereka akan meragukan kewibaan raja”
(raja
bertambah bingung)
Raja :
“lalu apa yang harus saya lakukan”
Istri 2 :
“demi kebaikan kita semua paduka, demi rakyat dan seluruh penghuni kerajaan
ini, akan lebih baik jika Dewi Kadita diusir keluar istana”
Raja :
“jangan”
Istri 2 :
“apakah paduka tidak memikirkan nasib rakyat, nasib semua penguhuni kerajaan,
sebentar lagi penyakit itu akan cepat menular dan berita tentang penyakit itu
juga akan tersebar, apakah paduka tidak memikirkan nasib rakyat paduka?”
Raja :
“apakah harus seperti itu istriku”
Istri 2 :
“iya! dengan mengusir Dewi Kadita maka paduka akan aman”
Dewi Kadita :
“ayahanda bantu anakmu ini”
(raja
semakin bingung)
Istri 3 :
“mungkin untuk sementara apa yang disampaikan istri kedua benar paduka, paduka
bisa mengasingkan Dewi Kadita untuk sementara sampai penyakitnya hilang”
Istri 2 :
“penyakit seperti itu tidak akan bisa hilang”
Istri 4 :
“kenapa kamu berbicara seperti itu”
Istri 2 :
“tidak apa-apa itu hanya perkiraanku saja”
(maka
diusirlah Dewi Kadita keluar istana)
Setelah bayi pertama lahir dari istri 2
raja, istri 2 melahirkan lagi tapi kali ini melahirkan seorang perempuan.
Sudah lama Dewi Kadita
diusir dari istana, raja sudah mulai lupa dengan Dewi Kadita dan dia sibuk
dengan mengajar anak laki-lakinya yang akan menjadi pewarisnya. Terdengar desas-desus
bahwa Dewi Kadita putus asa dengan hidupnya karena sang raja sudah tak
menghiraukannya dan penyakit yang dideritanya tak kunjung hilang, Dewi Kadita
pergi kesebuah tebing ia menangis sejadi-jadinya disana tiba-tiba datang
seorang dewa
Babak 4
Terjadi hanya siluet (dibelakang kain putih)
Dewa :
“hai anakku, aku mendengar rintihanmu, jika kau benar-benar menginginkan
penyakit itu hilang darimu aku bisa melakukannya dengan mudah asal kau mau
menjadi penguasa daerah di bawah tebing ini, LAUT SELATAN, apakah kau bersedia)
(Dewi
Kadita yang sudah putus asa dengan hidupnya menerima saja)
Dewa :
“baiklah, terjunlah kau dari tebing ini ke laut itu kau akan mendapat segala
yang aku inginkan disana”
Dewi Kadita :
“aaaa,,,,,” (terjun ke laut). (bayangan
disiluet berlahan mengecul dan muncul bayangan lagi sesosok ratu dengan
dayang-dayangnya)
Jadilah
Dewi Kadita penguasa laut selatan dan berita ini terdengar keseluruh rakyat
kerajaan dan sampai ditelinga istri 2 raja
Istri 2 :
“apa yang harus saya lakukan, saya tidak akan membiarkankan Dewi Kadita menang
dengan dia menjadi ratu dikerajaan lain, saya tidak akan terima, lalu apa yang
harus saya lakukan”
Anak 2 istri 2 :
“ibunda,, saya baru saja selesai belajar menenun dengan saudara-saudara ibu
istri 3,4, sekarang saya ingin bermain dengan ibunda”
(melihat
anak perempuannya istri 2 itu langsung mendapatkan ide untuk mengalahkan Dewi
Kadita agar ia memang benar-benar terbuang dari kerajan manapun)
Istri 2 :
“anak ku, aku ingin mengajakmu jalan-jalan”
Anak :
“kemana bu, tapi sekarang kan sudah agak gelap ibunda”
Istri 2 :
“sudah tidak apa-apa, ayo ikut ibu”
Anak :
“iya ibunda” (dengan wajah berseri-seri)
(istri
2 dan anaknya berada dibelakang kain putih dan menjadi siluet)
Anak :
“ibunda kenapa kita berdiri ditebing ini bu, saya takut ibunda”
Istri 2 :
“jangan takut anak ku, kau mau jadi seorang ratu”
Anak :
“ratu kerajaan ya bu, seperti ayahanda?”
Istri 2 :
“iya anakku kerajaanmu terletak dibawah sana dilaut lepas yang sangat luas”
Anak :
“tapi aku tidak mau terjun bu, jurangnya dalam”
Istri 2 :
“sudah terjunlah untukku, setelah itu aku yang akan menggantikanmu sebagai ratu
karena tentu saja karena kau masih kecil, ayo terjun cepat”
(istri
2 mendorong anaknya kelaut)
Anak :
“ibuuuuuuu,,,,,,”
Tidak terjadi apa-apa, sang ibu pulang untuk
menunggu kabar bahwa penguasa laut selatan sudah berganti dan ia akan segera
menyusul anak perempuannya.
Keesokan
harinya ketika sang raja tengah bercengkrama dengan istri 2,3,4 ada seorang
pengawal membawa jasat seseorang.
Raja :
“kenapa lancang sekali kamu masuk tanpa seizinku”
Pengawal :
“maaf raja, hamba hanya ingin mengembalikan apa yang tengah hilang dari paduka”
Pengawal
itu meletakkan jasat anak perempuan istri 2 dihadapan raja
SELESAI
Lampiran
Legenda
Kisah Legenda Nyi Roro Kidul
Cerita tentang keberadaan Nyi Roro
Kidul ini sangat terkenal. Bukan hanya dikalangan penduduk Yogyakarta dan
Surakarta, melainkan di seluruh Pulau Jawa. Baik di Jawa Tengah, Jawa Barat dan
Jawa Timur. Di daerah Yogyakarta kisah Nyi Roro Kidul selalu dihubungkan dengan
kisah para Raja Mataram. Sedangkan di Jawa Timur khususnya di Malang Selatan
tepatnya di Pantai Ngliyep, Nyi Roro Kidul dipanggil dengan sebutan Kanjeng
Ratu Kidul
Kanjeng Ratu Kidul
Di suatu masa, hiduplah seorang putri
cantik bernama Kadita. Karena kecantikannya, ia pun dipanggil Dewi Srengenge
yang berarti matahari yang indah. Dewi Srengenge adalah anak dari Raja Munding
Wangi. Meskipun sang raja mempunyai seorang putri yang cantik, ia selalu
bersedih karena sebenarnya ia selalu berharap mempunyai anak laki-laki. Raja
pun kemudian menikah dengan Dewi Mutiara, dan mendapatkan putra dari
perkimpoian tersebut. Maka, bahagialah sang raja.
Dewi Mutiara ingin agar kelak putranya
itu menjadi raja, dan ia pun berusaha agar keinginannya itu terwujud. Kemudian
Dewi Mutiara datang menghadap raja, dan meminta agar sang raja menyuruh
putrinya pergi dari istana. Sudah tentu raja menolak. "Sangat menggelikan.
Saya tidak akan membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada
putriku", kata Raja Munding Wangi. Mendengar jawaban itu, Dewi Mutiara pun
tersenyum dan berkata manis sampai raja tidak marah lagi kepadanya. Tapi
walaupun demikian, dia tetap berniat mewujudkan keinginannya itu.
Pada pagi harinya, sebelum matahari
terbit, Dewi Mutiara mengutus pembantunya untuk memanggil seorang dukun. Dia
ingin sang dukun mengutuk Kadita, anak tirinya. "Aku ingin tubuhnya yang
cantik penuh dengan kudis dan gatal-gatal. Bila engkau berhasil, maka aku akan
memberikan suatu imbalan yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya." Sang
dukun menuruti perintah sang ratu. Pada malam harinya, tubuh Kadita telah
dipenuhi dengan kudis dan gatal-gatal. Ketika dia terbangun, dia menyadari
tubuhnya berbau busuk dan dipenuhi dengan bisul. Puteri yang cantik itu pun
menangis dan tak tahu harus berbuat apa.
Ketika Raja mendengar kabar itu,
beliau menjadi sangat sedih dan mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan
penyakit putrinya. Beliau sadar bahwa penyakit putrinya itu tidak wajar,
seseorang pasti telah mengutuk atau mengguna-gunainya. Masalah pun menjadi
semakin rumit ketika Ratu Dewi Mutiara memaksanya untuk mengusir puterinya.
"Puterimu akan mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri," kata Dewi
Mutiara. Karena Raja tidak menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh
negeri, akhirnya beliau terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim
putrinya ke luar dari negeri itu.
Puteri yang malang itu pun pergi
sendirian, tanpa tahu kemana harus pergi. Dia hampir tidak dapat menangis lagi.
Dia memang memiliki hati yang mulia. Dia tidak menyimpan dendam kepada ibu
tirinya, malahan ia selalu meminta agar Tuhan mendampinginya dalam menanggung
penderitaan..
Hampir tujuh hari dan tujuh malam dia
berjalan sampai akhirnya tiba di Samudera Selatan. Dia memandang samudera itu.
Airnya bersih dan jernih, tidak seperti samudera lainnya yang airnya biru atau
hijau. Dia melompat ke dalam air dan berenang. Tiba-tiba, ketika air Samudera
Selatan itu menyentuh kulitnya, mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak ada
tanda-tanda bahwa dia pernah kudisan atau gatal-gatal. Malahan, dia menjadi
lebih cantik daripada sebelumnya. Bukan hanya itu, kini dia memiliki kuasa
untuk memerintah seisi Samudera Selatan. Kini ia menjadi seorang peri yang
disebut Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Samudera Selatan yang hidup selamanya.
Sejarah
Kisah Cerita Nyi Roro Kidul
Nyi Roro Kidul
atau Kanjeng Ratu Kidul adalah sebuah cerita legendaris Indonesia, yang dikenal
sebagai Ratu Laut Selatan Jawa (Samudera Hindia atau Samudra selatan dari pulau
Jawa) Dia juga disebut sebagai permaisuri dari Sultan Mataram, dimulai dengan
Senopati dan berlanjut sampai sekarang. Nyai Roro Kidul memiliki banyak nama
yang berbeda, yang mencerminkan beragam cerita-cerita asal di banyak
kisah-kisah, legenda, mitos dan tradisional cerita rakyat.
Nyi Roro Kidul
Menurut Babad Tanah Jawi (abad ke-19),
menceritakan tentang adanya seorang raja di Pajajaran yang bernama Raja
Mudingsari memiliki putri bernama Ratna Suwinda, putri ini memiliki kegemaran
bertapa, sehingga pangeran-pangeran yang meminangnya di tolak semua. Hal ini
membuat Raja Mudingsari marah dan mengusirnya. Ratna Suwinda mengembara
bertujuan untuk mencari tempat yang cocok untuk bertapa, akhirnya sampailah di
Gunung Kumbang dan bertapa dipuncak gunung tersebut, dipuncak gunung terdapat
sebuah pohon cemara yang digunakan oleh Dewi Ratna Suwinda bila beralih rupa
menjadi laki-laki dengan nama Hajar Cemoro Tunggal. Ada seorang pangeran dari
Kerajaan Pajajaran, Joko Suruh, bertemu dengan seorang pertapa yang
memerintahkan agar dia menemukan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Karena sang
pertapa berubah menjadi seorang wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun jatuh
cinta kepadanya. Tapi sang pertapa yang ternyata merupakan adik kakek Joko
Suruh, bernama Ratna Suwinda, menolak cintanya. Ratna Suwida mengasingkan diri
untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke pantai selatan Jawa dan
menjadi penguasa spiritual di sana. Ia berkata kepada pangeran, jika keturunan
pangeran menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di dekat Gunung Merapi, ia
akan menikahi seluruh penguasa secara bergantian (Sholikhin, 2009 : 88-89).
Disini akan diceritakan dalam versi cerita
rakyat Pajajaran, hal ini dikarenakan di ujung timur Pulau Jawa kita akan
menemukan kembali kisah tersebut. Adapun kisah cerita dimulai dari versi rakyat
Pajajaran adalah sebagai berikut:
Suatu ketika pada masa Prabu Mundingwesi
memerintah di Kerajaan Pajajaran, telah memiliki seorang anak perempuan cantik.
Ia dinamai Putri Kadita atau Putri Srengenge. Namun Prabu Mundingwesi
menginginkan anak laki-laki maka Raja pun menikah lagi dengan dewi Mutiara dan
memiliki anak laki-laki. Pada suatu ketika Dewi Mutiara berkata kepada sang
Prabu bahwa kelak yang menjadi raja adalah anak hasil keturunannya dan supaya
mengusir Kandita dari keratin, namun Prabu Mundingwesi menolaknya. Akhirnya
Dewi Mutiara menenun Kadita menjadi berwajah jelek dan berbisul serta bau. Di
bawah pengaruh Dewi Mutiara dan Patihnya, Prabu Mundingwesi pun mengusir anak
dari keraton karena dikhawatirkan mereka akan mendatangkan malapetaka bagi
kerajaan. Dalam kondisi tersebut, Putri Kadita pergi tanpa tujuan. Putri Kadita
terus berjalan menuju selatan hingga sampai di Laut Selatan. Putri Kadita
memandang laut tersebut, tiba-tiba ada suara yang menyuruhnya terjun kelaut.
Putri Kadita langsung melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak, dan
berenang di Laut Selatan. Saat berenang penyakitnya hilang seketika. Selain
sembuh dan kembali cantik, ia juga beroleh kekuatan gaib serta menguasai Laut
Selatan. Sejak itu ia disebut sebagai Nyi Loro Kidul (yang artinya loro =
derita, kidul = selatan), atau Nyai Roro Kidul sang Ratu Penguasa Laut Selatan
(Sholikhin, 2009 : 85-87).
Dari versi Keraton Yogyakarta, Nyi Loro Kidul
sebenarnya adalah putra (anak) dari seorang begawan bernama Abdi Waksa Geni. Ia
berasal dari keluarga dengan dua bersaudara. Saudara kandungnya bernama
Nawangsari, sedangkan nama dia yang sesungguhnya tidak diketahui. Awalnya,
sewaktu masih menjadi manusia biasa Nyi Loro Kidul adalah gadis yang buruk
rupa. Sedangkan saudara kandungnya sangat cantik. Kondisi ini membuat Nyi Loro
kidul merasa minder bergaul dengan orang-orang di lingkungannya. Karena ayahnya
seorang abdi, maka ayahnya selalu mengingatkan ia untuk tidak bersikap
demikian. Sebagai usaha menghilangkan perasaan minder itu, ayah Nyi Loro Kidul
meminta ia agar mandi dan bertapa di laut selatan. Pada saat mandi itulah ia
didatangi oleh seorang dewa. Dewa itu menawarinya untuk merubah wajahnya
menjadi cantik, dengan syarat dia harus mau diangkat jadi ratu di pantai laut
selatan. Dengan adanya tawaran itu sang putri mau menerima, karena sudah
terlanjur tidak mau bergaul dengan orang lain.
Maka jadilah ia seorang yang cantik dan
menguasai Kerajaan Laut Selatan, seperti yang dipercaya orang sampai saat ini.
Keterkaitan antara kerjaan Mataram dengan Nyi Loro Kidul bermula pada saat sang
raja ditawari menikah denganya. Ratu kidul sangat tergila-gila pada sang raja
yang memiliki wajah yang sangat tampan. Pertemuan Nyi Loro Kidul dengan raja
Mataram bermula pada saat sang raja bertapa di pantai Parangkusumo. Saat
bertapa itu ratu Laut Kidul menemui Sang raja. Ratu Laut kidul menyukai sang
raja dan mengatakan bahwa jika raja mau menjadi suaminya ia berjanji akan
membantu menjaga kerajaan mataram sampai akhir hayatnya, bahkan sampai kiamat.
Sebagai wujud kepercayaan mereka terhadap
keberadaan Nyi Loro Kidul, pihak keraton selalu mengadakan suatu kegiatan
sebagai upacara untuk menghormati Sang Ratu. Kegiatan yang dilakukan adalah
kegiatan labuhan yang dilaksanakan di pantai selatan. Labuhan yang dilaksanakan
oleh Raja Yogyakarta dilaksanakan di Parangtritis. Upacara menghormati Nyai
Roro Kidul ini serupa dengan apa yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Timur yang
memiliki daerah dengan batas Samudra Hindia atau Laut Selatan.
Dari uraian dua versi di atas, dapat
disimpulkan beberapa persamaan akan kisah tersebut, diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. versi
Pajajaran; Prabu Mundingwesi mengusir anak keraton karena dikhawatirkan mereka
akan mendatangkan malapetaka bagi kerajaan karena menderita sakit kulit yang
parah. Versi Jojakarta: Nyi Loro Kidul adalah gadis yang buruk rupa oleh karena
itu dia di suruh ayahnya Begawan Abdi Waksa Geni untuk pergi mandi dan bertapa
di laut selatan. Dalam versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwandi di usir oleh Raja
Mudingsari karena kebiasaan bertapa.
2. versi Pajajaran:
Putri Kadita terus berjalan menuju selatan sampai akhirnya tiba di laut
selatan. Versi Jogjakarta: Nyai Loro Kidul pergi ke laut selatan untuk mandi
dan bertapa. Versi Babad Tanah Jawi, Ratna Suwida pergi ke pantai selatan Jawa.
3. Versi
Pajajaran: Ada suara gaib agar Putri Kadita terjun ke laut selatan. Versi
Jogjakarta: Pada saat mandi Nyai Loro didatangi oleh seorang dewa. Dewa itu
menawarinya untuk merubah wajahnya menjadi cantik. Menurut versi Babad Tanah
Jawa Ratna Suwida bertapa agar hidup abadi.
4. Versi
Pajajaran: Putri Kadita melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak,
dan berenang di Laut Selatan. Penyakitnya menjadi sembuh.Versi Jogjakarta:
Dengan adanya tawaran itu sang putri mau menerima, karena sudah terlanjur tidak
mau bergaul dengan orang lain. Maka jadilah ia seorang wanita yang cantik.
Versi Babad Tanah Jawi Ratna Suwida
mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ke laut selatan namun
dengan syarat menjadi makluk halus.
5. versi
Pajajaran: Sang putri Kandita harus tetap tinggal di Laut Selatan. Versi
Jgjakarta: Nyai Loro diangkat jadi ratu di pantai laut selatan. Versi Babad
Tanah Jawi . Ratna Suwida menjadi penguasa Laut selatan Jawa.
Catatan
Banyak sekali versi yang hadir
atas cerita Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan, karena begitu banyak versi
dan saya tidak menemukan penjelasan yang tepat
akhirnya
untuk naskah drama di atas saya menggabungkan beberapa pemahaman saya terhadap
beberapa versi yang ada.
kak, ada gk contoh naskah drama nyi roro kidu?
BalasHapusada saja kalau bisa mencari dengan baik
Hapus