KEHILANGAN
Karya: Ninis Sofie
Rina : cewek yang suka mendaki dan sudah berpengalaman dalam mendaki
gunung
Aby : cowok, teman Rina yang ingin sekali mengikuti jejak Rina untuk mendaki
banyak gunung, suka menggona Rina
Bi Inah : pembantu Rina, rajin dan akrab dengan Rina
Rina duduk di atas rumput disekitarnya ada pepohonan yang rindang. Ia melamun dengan kesedihan yang mendalam karena kehilangan teman sekaligus orang yang disayanginya ketika mendaki bukit biru.
(dalam lamunan Rina)
Babak 1
Rina duduk di atas rumput di bukit yang sudah menjadi taman umum disekitarnya ada pepohonan yang rindang
suara telpon berdering
Rina : “halo, iya By ada apa?,
kenapa?, oh,, ketemu ditempat biasa. Aku sudah di sini kok.” (telpon ditutup)
Rina : “katanya disuruh nunggu di sini, tapi dia nggak nongol-nongol juga”
Aby : (datang dengan mengagetkan Rina dari belakang) “hayo,,,”
Rina : “Aby, kebiasaan ya”
Aby : “iya, maaf nona manis. Sudah menunggu lama ya?”
Rina : “enggak, baru aja kok”
Aby : “ha,,, jangan bohong, aku tahu kok”
Rina : “sudah buruan, kamu mau ngomongin apa, mau ngapain?”
Aby : “sabar dulu kenapa!, santai dikit kita nikmati dulu udara segar di sini, mumpung sepi.”
Rina : “maksud kamu mumpung sepi itu apa? jangan macem-macem ya!”
Aby : “ngomong apa to nona manis ini, maksud ku itu, kan kalau sepi oksigennya tidak dibagi-bagi sama orang banyak hanya kita yang menikmatinya”
Rina : “terserah kamu aja lah”
Aby : “kamu tahu nggak apa yang aku pikirkan kalau kita sedang duduk di sini”
Rina : “ya mana aku bisa tahu”
Aby : “kamu lihat bukit biru yang kita lihat di depan sana itu”
Rina : “iya kenapa emangnya?”
Aby : “nggak apa-apa, kamu lihat aja dulu”
Rina : “seperti biasanya kok, nggak ada yang berubah”
Aby : “memang tidak ada”
Rina : “lalu?”
Aby : “pernah terbayang gak kalau kita kesana”
Rina : “jangan aneh-aneh, bukit itu bukan tempat pendakian, tidak ada orang yang pernah kesana, bahaya tahu”
Aby : “tapi aku pernah”
Rina : “nggak mungkin”
Aby : “kalau kamu nggak percaya, besok kita kesana, aku buktikan kalau aku sudah pernah kesana”
Rina : “kita lihat besok saja, aku pikir-pikir dulu, ok Aby yang cerewet?”
Aby : “Ok, aku jamin kamu bakalan berangkat kok”
Rina : “sok tahu”
Babak II
Diteras rumah, Rina duduk melamun
Bi Inah: “Non Rina kenapa to, pegang buku tapi bukunya kok kayaknya ndak dibaca?”
Rina : “nggak apa-apa bi, cuma lagi mikir”
Bi Inah: “mikir apa to”
Rina : “bukan apa-apa kok bi”
Bi Inah: “kalau mungkin ada yang bisa saya bantu non?”
Rina : “Bibi ingat Aby kan?”
Bi Inah: “ ya jelas ingat to non, pacar non Rina itu to”
Rina : “huss,, sembarangan Bi Inah ini”
Bi Inah: “iya non maaf, kenapa dengan dia non?”
Rina : “nggak pa-pa”
Bi Inah: “hayoo,, nona pasti lagi mikirin Den Aby ya, ngaku non”
Rina : “Bi, bisa bantu aku berkemas nggak”
Bi Inah: “lho,,lho,, mau kemana to non?”
Rina : “Besok aku mau mendaki bersama Aby”
Bi Inah: “ohh,, dari tadi mikirin itu to, Ok non bibi siap membantu”
Rina : “ayo, bi sekarang”
Bi Inah: “siap non”
Babak III
Di atas bukit biru, baru saja sampai mendaki puncak bukit
Rina : “kamu pernah ngebayangin gak kalau kita mendaki bukit ini”
Aby : “aku memang sering ngebayangin kok, makanya aku ingin mewujudkannya, dan sekarang sudah terwujud”
Rina : “berkat aku to”
Aby : “mana bisa”
Rina : “kalau nggak sama aku kamu nggak bakalan bisa mendaki bukit ini sendiri”
Aby : “udaranya sejuk banget ya”
Rina : “iya,,, sejuk banget tapi terkadang juga bisa membuat merinding”
Aby : “kok bisa?”
Rina : “kamu nggak lihat sekelilingmu, tumbuhannya itu masih padat banget, kalau banyak tumbuhan seliar itu, hewan liar pun juga masih hidup dengan liar”
Aby : “kalau nggak hidup liar ya mana bisa disebut hewan liar, nona manis ini gimana to”
Rina : “iya maksud ku gitu tadi”
Aby : “masak sih seperti itu”
Rina : “kamu ini, dibilangin gak percaya”
Aby : “iya percaya kok”
Rina : “makanya sebelum gelap kita haru sudah sampai di bawah, satu jam lagi kita turun ya”
Aby : “Ok deh”
...
Aby : “bentar ya nona manis, aku mau buang air bentar”
Rina : “ya udah buruan sana”
Aby : “jangan ngintip lho ya, kamu tunggu di sini jangan kemana-mana”
Rina : “iya, udah buruan, dasar cowok aneh”
beberapa menit kemudian
Rina : “mana ini anak, katanya buang air, tapi kok lama banget, buang air apa buang hajat. By,, Aby,, ayo buruan siap-siap kita akan turun”
Aby : “...”
Rina : “kemana sih, dipanggil gak dijawab, dasar!, By ayo, jangan main-main ntar kita kemaleman kalau nggak segera turun”
Aby : “...”
Rina : “By, jangan main-main”
Aby : “..”
Rina : “ku hitung sampai tiga kalau kamu nggak muncul, aku turun sendiri, satu,,, dua,,, tig,,,”
Aby : “taraaa,,, lihat nggak aku bawa apa”
Rina : “cuma ranting pohon ama daunnya”
Aby : “eiiittss,,, jangan salah, tapi kamu memang salah sih”
Rina : “???”
Aby : “sudah jelas-jelas ini bunga nona manis”
Rina : “iya aku tahu, lha trus ngapain kamu tanya aku coba”
Aby : “nggak pa-pa cuma pengen tanya aja”
Rina : “dasar kurang kerjaan, lagian kamu ngapain bawa bunga, kamu ini bukan malah merawatnya biar tumbuh subur dan bebas eh malah kamu cabut”
Aby : “aku kan ingin memeliharanya di rumah, kan kalau disini nggak ada yang bisa melihat keindahannya kalau di rumah kan aku bisa melihatnya setiap hari, aku janji bakal merawatnya dengan baik kok”
Rina : “ya sudah lah, ayo siap-siap kita turun sekarang”
Aby : “kamu nggak buang air kayak aku tadi”
Rina : “Aby,,, “
Aby : “iya bercanda kok, hehehe”
...
Perjalanan menuruni bukit
Rina : “ayo By, kalau kita bisa agak cepat sebelum petang kita mungkin sudah bisa sampai rumah”
Aby : “iya, ini juga masih jalan, santai dikit knapa”
Rina : “kamu mau kalau kita kemaleman di hutan bukit yang belum terjamah ini”
Aby : “nggak pa-pa asal berdua”
Rina : “jangan sembarangan kamu, bahaya tahu”
Aby : “iya aku tahu kok”
Rina : “By,, sepertinya kita akan melewati jurang”
Aby : “santai, aku bisa dengan mudah melewatinya”
Rina : “tapi nggak begitu berbahaya kok sepertinya, kamu siap kan?”
Aby : “siap donk! sini, pegang tanganku biar kita tidak jatuh”
Rina : “jangan coba-coba cari kesempatan lho ya”
Aby : “kamu ini aneh amat”
Rina : “aku naik duluan aja”
Aby : “iya, udah buruan duluan sana”
Rina : “huh,, akhirnya kita hampir sampai dikaki bukit, tinggal sedikit lagi kita bakalan sampai rumah, Aby ini mana sih kok belum muncul juga, ah,, paling-paling dia masih merangkak dijurang tadi,, hihihi,, By, ayo buruan keburu malem ntar, lama amat sih”
Aby : “iya ini masih jalan”
Rina : “aku jalan duluan pelan-pelan ya”
Aby : “iya”
Rina : “jangan sampai tertinggal lho ya”
Aby : “iya ini aku sudah dibelakangmu”
Rina : “sepertinya kabutnya menebal By, aku nggak bisa melihatmu dengan jelas”
Aby : “aku di belakangmu kok”
Rina : “Ok deh, kita segera turun. By kamu tahu nggak kalau aku suka banget kalau ada kabut, mungkin terkadang orang-orang berpandangan bahwa kabut itu menyesatkan, bahkan ada juga yang bilang kalau kabut itu membawa sial soalnya ketika ada kabut pasti ada saja kejadian yang tidak kita inginkan. Dulu waktu aku mendaki gunung berapi di luar pulau ini juga sedang ada kabut seperti sekarang ini tapi aku dan teman-teman sependakianku tetap semangat, bahkan semangat sekali dan tidak ada hal negatif yang terjadi pada kami. Kamu tahu nggak kalau kita lagi berjalan di atas bukit lalu ada kabut, kita serasa berjalan dikerajaan awan, lucu sekali ya pemikiranku, memang sih kekanak-kanakan tapi memang terasa begitu kok, bener nggak By?”
Aby : “...”
Rina : “By,,, kamu masih di belakangku kan”
Aby : “...”
Rina : “By,, jangan main-main, kita bisa kemaleman kalau kamu main-main terus, By,,”
Aby : “...”
Rina : “By,, buruan”
Aby : “...”
Rina : “By,, kamu dimana”
Aby : “...”
SELESAI
Inti critanya apeni
BalasHapus