Sosiolinguistik merupakan cabang
linguistik yang mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam pemakaian
bahasa dan berperan dalam pergaulan. Aslinda
(2010:6) mengungkapkan bahwa sosiolinguistik merupakan bidang ilmu
antardisipliner yang mempelajari bahasa di dalam masyarakat.Sosiolinguistik
merupakan salah satu bagian dari ilmu
bahasa interdisipliner artinya ilmu bahasa yang mengindahkan sistem ilmu lain.
Dilihat dari namanya sosiolinguistik (SL) terdiri atas sosiologi yang artinya
masyarakat dan linguistik yang merupakan kajian bahasa. Selain SL juga ada
ilmu-ilmu lain yang dapat menjadi bandingan terkait dengan ilmu bahasa.
Pertama sosiolinguistik dengan sosiologi.
Dalam bandingannya SL dengan sosiologi objek utama SL adalah masyarakat
sedangkan objek utama dari sosiologi adalah variasi bahasa bukan masyarakat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Nababan
(1986) yang mengatakan bahwa SL digunakan untuk membahas aspek-aspek
kemasyarakatan, khususnya variasi bahasa yang terdapat dalam bahasa yang
berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan.
Kedua sosiolingusitik dengan
linguistik umum. linguistik umum terkadang disebut sebagai linguistik saja,
dalam kajiannya linguistik terdiri atas struktur bahasa yaitu fonologi,
morfologi, sintaksis, dan discourse. SL disini memfokuskan pembahasannya pada
bunyi-bunyi bahasa. Linguistik menganggap bahasa sebagai sistem tertutup yang
lepas dari struktur masyarakan. Komponen-komponennya bersifat homogen. Fokus
pembahasan SL ialah bunyi-bunyi bahasa sedangkan objek utama dari linguistik
ialah struktur bunyi dan makna bahasa
secara sosial.
Ketiga sosiolinguistik dengan
dialektologi. Dialektologi merupakan kajian tentang variasi budaya. Tujuan dari
dialektologi ialah untuk mencari hubungan kekeluargaan diantara dialek-dialek
itu dan menentukan sejarah perubahan bunyi atau bentuk kata, berikut maknanya,
dari masa kemasa dan dari satu tempat ke tempat lain. Dalam hal ini
sosiolinguistik meneliti objek kajiannya dengan menggunakan pendekatan
deskriptif-sonkronis, artinya melihat objek sebagai adanya pada suatu saat
tertentu, sedangkan dialegtologi menggunakan metode historis-diakronis, artinya
dia membanding-mbandingkan, dan di dalam membandingkan itu dialektologi.
Keempat, sosiolingusitik dengan
retorika. Sosiolingistik bukan terikan bukan simaksudkan sebagai kajian tutur
terpilih (selected speech). Objek kajiannya dalam hal ini ialah variasi budaya
baik itu dari segi SL maupun retorika. SL memfokuskan kajiannya melalui variasi
bahasa dan faktor yang memunculkan variasi, sedangkan retorika memfokuskan
kajiannya pada variasi dan bentuk yang terpilih. Dialektologi dan SL memiliki
hubungan yang erat karena sama-sama memusatkan kajiannya pada kebiasaan ujar
dari kelompok-kelompok sosial yang berbeda
Kelima adalah sosiolinguistik
dengan psikologi sosial. Psikologi sosial merupakan paduan antara kajian
sosiologi dengan psikologi, tetapi fokusnya lebih pada psikologi. Psikologi
meliputi mental individu seperti sikap, minat, intelegensi, kepribadian dsb. Psikologi
sosial memfokuskan kajiannya pada kelompok manusia yang bisa diteliti dengan
menganalisis sikap bahasa atau language
attitude sedangkan SL lebih pada bahasa dan masyarakatnya.
Keenam adalah SL dengan
antropologi. Antrpologi mempelajari masyarakat dari sudut kebudayaan secara
luas, misalnya adat, hukum, nilai, lembaga sosial, religi dsb. Bahasa juga
merupakan salah satu dari kebudayaan. Masyarakat dapat debedakan berdasarkan
etniknya. Setiap etnik akan berkomunikasi dengan etnik lain. Bahasa yang
digunakan oleh suatu etnik untuk berkomunikasi dengan etnik lain itulah yang
dipelajari dalam SL. Penelitiannya bisa menggunakan metode participant observation.
Ketujuh atau yang terakhir adalah
SL makro dan SL mikro. Bisa dikategorikan ke dalam SL makro jika kita membicarakan tentang besar
dan luas, sementara dalam SL mikro kita membahas tentang yang kecil dan sempit.
Fokus dari SL makro ialah interaksi antar penutur dalam konteks antar kelompok
(intergroup interaction) dan condong ke orientasi sosial. Fokus dari SL mikro
ialah interaksi bahasa antar penutur dalam kelompok terntentu (intergroup
interaction) dan condong ke orientasi linguistik. Menurut Ibrahim (1995: 44) mengatakan bahwa perbedaan antara SL mikro dan
makro merupakan perbedaan filosofis. Perbedaannya terletak pada perbedaan
definisi tentang individualitas. Timasheff
(dalam Ibrahim, 1995: 44) yang
mengatakan bahwa istilah SL mikro untuk analisis yang ditekankan pada individu
dalam interaksi intra-kelompok yang kecil dan informal, sedangkan SL makro
mengkaji interaksi pada tataran antar kelompok yang besar.
Rujukan:
Aslinda dan
Syafyahya, Leni.2007.Pengantar
Sosiolinguistik.Bandung: Refika Aditama
Ibrahim, Syukur.1995.Sosiolinguistik Sajian Tujuan, Pendekatan,
dan Problem.Surabaya: Usaha
Nasional
Nababan.
1986. Sosiolinguistik. Jakarta: PT
Gramedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar