Translate

Sabtu, 25 Mei 2013

sosiolinguistik bab I


Sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam pemakaian bahasa dan berperan dalam pergaulan. Aslinda (2010:6) mengungkapkan bahwa sosiolinguistik merupakan bidang ilmu antardisipliner yang mempelajari bahasa di dalam masyarakat.Sosiolinguistik merupakan salah satu  bagian dari ilmu bahasa interdisipliner artinya ilmu bahasa yang mengindahkan sistem ilmu lain. Dilihat dari namanya sosiolinguistik (SL) terdiri atas sosiologi yang artinya masyarakat dan linguistik yang merupakan kajian bahasa. Selain SL juga ada ilmu-ilmu lain yang dapat menjadi bandingan terkait dengan ilmu bahasa.
Pertama sosiolinguistik dengan sosiologi. Dalam bandingannya SL dengan sosiologi objek utama SL adalah masyarakat sedangkan objek utama dari sosiologi adalah variasi bahasa bukan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Nababan (1986) yang mengatakan bahwa SL digunakan untuk membahas aspek-aspek kemasyarakatan, khususnya variasi bahasa yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan.
Kedua sosiolingusitik dengan linguistik umum. linguistik umum terkadang disebut sebagai linguistik saja, dalam kajiannya linguistik terdiri atas struktur bahasa yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan discourse. SL disini memfokuskan pembahasannya pada bunyi-bunyi bahasa. Linguistik menganggap bahasa sebagai sistem tertutup yang lepas dari struktur masyarakan. Komponen-komponennya bersifat homogen. Fokus pembahasan SL ialah bunyi-bunyi bahasa sedangkan objek utama dari linguistik ialah struktur  bunyi dan makna bahasa secara sosial.
Ketiga sosiolinguistik dengan dialektologi. Dialektologi merupakan kajian tentang variasi budaya. Tujuan dari dialektologi ialah untuk mencari hubungan kekeluargaan diantara dialek-dialek itu dan menentukan sejarah perubahan bunyi atau bentuk kata, berikut maknanya, dari masa kemasa dan dari satu tempat ke tempat lain. Dalam hal ini sosiolinguistik meneliti objek kajiannya dengan menggunakan pendekatan deskriptif-sonkronis, artinya melihat objek sebagai adanya pada suatu saat tertentu, sedangkan dialegtologi menggunakan metode historis-diakronis, artinya dia membanding-mbandingkan, dan di dalam membandingkan itu dialektologi.
Keempat, sosiolingusitik dengan retorika. Sosiolingistik bukan terikan bukan simaksudkan sebagai kajian tutur terpilih (selected speech). Objek kajiannya dalam hal ini ialah variasi budaya baik itu dari segi SL maupun retorika. SL memfokuskan kajiannya melalui variasi bahasa dan faktor yang memunculkan variasi, sedangkan retorika memfokuskan kajiannya pada variasi dan bentuk yang terpilih. Dialektologi dan SL memiliki hubungan yang erat karena sama-sama memusatkan kajiannya pada kebiasaan ujar dari kelompok-kelompok sosial yang berbeda
Kelima adalah sosiolinguistik dengan psikologi sosial. Psikologi sosial merupakan paduan antara kajian sosiologi dengan psikologi, tetapi fokusnya lebih pada psikologi. Psikologi meliputi mental individu seperti sikap, minat, intelegensi, kepribadian dsb. Psikologi sosial memfokuskan kajiannya pada kelompok manusia yang bisa diteliti dengan menganalisis sikap bahasa atau language attitude sedangkan SL lebih pada bahasa dan masyarakatnya.
Keenam adalah SL dengan antropologi. Antrpologi mempelajari masyarakat dari sudut kebudayaan secara luas, misalnya adat, hukum, nilai, lembaga sosial, religi dsb. Bahasa juga merupakan salah satu dari kebudayaan. Masyarakat dapat debedakan berdasarkan etniknya. Setiap etnik akan berkomunikasi dengan etnik lain. Bahasa yang digunakan oleh suatu etnik untuk berkomunikasi dengan etnik lain itulah yang dipelajari dalam SL. Penelitiannya bisa menggunakan metode participant observation.
Ketujuh atau yang terakhir adalah SL makro dan SL mikro. Bisa dikategorikan ke dalam  SL makro jika kita membicarakan tentang besar dan luas, sementara dalam SL mikro kita membahas tentang yang kecil dan sempit. Fokus dari SL makro ialah interaksi antar penutur dalam konteks antar kelompok (intergroup interaction) dan condong ke orientasi sosial. Fokus dari SL mikro ialah interaksi bahasa antar penutur dalam kelompok terntentu (intergroup interaction) dan condong ke orientasi linguistik. Menurut Ibrahim (1995: 44) mengatakan bahwa perbedaan antara SL mikro dan makro merupakan perbedaan filosofis. Perbedaannya terletak pada perbedaan definisi tentang individualitas. Timasheff  (dalam Ibrahim, 1995: 44) yang mengatakan bahwa istilah SL mikro untuk analisis yang ditekankan pada individu dalam interaksi intra-kelompok yang kecil dan informal, sedangkan SL makro mengkaji interaksi pada tataran antar kelompok yang besar.

Rujukan:
Aslinda dan Syafyahya, Leni.2007.Pengantar Sosiolinguistik.Bandung: Refika Aditama
Ibrahim, Syukur.1995.Sosiolinguistik Sajian Tujuan, Pendekatan, dan Problem.Surabaya: Usaha
Nasional
Nababan. 1986. Sosiolinguistik. Jakarta: PT Gramedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar